Merasa Hidupmu Susah? Tengok Pasangan Tuna Netra Ini!

Pasangan difabel penjual lauk dan buah (Tika)
Pasangan difabel penjual lauk dan buah (Tika)

MALANGVOICE – Jumat (10/2) siang di kawasan Merjosari, tampak sepasang suami istri menyeruak di tengah kemacetan.

Berjalan dengan mendorong gerobak dagangan mereka, sesekali langkahnya menyimpang ke kanan dan harus diperingkatkan oleh pengendara motor dengan klaksonnya.

Usai menyimpang ke kanan, langkah pasangan suami istri ini kembali ke sisi jalan sebelah kiri.

Sepintas terlihat seperti pedagang asongan dengan gerobak pada umumnya. Namun tahukah Anda, kedua orang ini adalah tuna netra. Ya, mereka sudah kehilangan penglihatan.

Meski dalam kondisi keterbatasan fisik, Cuplik (47) dan suaminya, Sandi (50) setiap pagi sekitar pukul 10.00 mereka menyusuri jalan di sekitar Dinoyo, Merjosari hingga kawasan Universitas Brawijaya untuk menjajakan dagangannya.

Dagangannya adalah aneka lauk, buah-buahan dan kue lainnya. Berdasarkan cerita Cuplik kepada MVoice, sudah empat tahun mereka menjadi pedagang asongan dengan mendorong gerobak.

“Dulu kami tukang pijat tapi karena tidak kuat harus ditarget setoran, uang yang kami dapatkan tidak cukup akhirnya kami jualan,” kata dia sembari melayani pesanan MVoice.

Warga Dinoyo Gang VI ini bercerita, setiap hari mereka harus menyusuri jalan berkilo-kiko meter untuk berjualan.

Mereka sudah akrab dengan klakson kendaraan bermotor, rute yang ditempuh dan setiap jengkal jalanan yang harus dilalui.

“Takut tertabrak ya ada Mbak, tapi kami selalu jalan di pinggir kiri. Kalau daerah sini saya sudah hafal, karena dulu waktu kecil juga bermain dengan anak-anak normal,” kata perempuan dengan mata kanan buta total dan mata kiri bisa melihat walau sangat remang.

Ketika akan memberikan uang kembalian, Cuplik juga terlihat kesusahan. Dia bertanya kepada pembeli berapa uang yang mereka berikan, dan harus dikembalikan berapa.

“Mbak, uangnya samean berapa? Kembaliannya berapa?” tanya dia kepada MVoice.

Cuplik harus melihat dengan jarak sangat dekat untuk mencari uang kembalian. Sementara suaminya yang sudah kehilangan penglihatan sejak lahir, berdiri dengan sabar menanti istrinya menyelesaikan urusan.

“Mbak, apa uang ini Rp 5 ribu? Tolong samean hitung ya,” pinta dia sembari mengangsurkan sejumlah uang koin yang sudah diselotip rapi.

Cuplik mengaku selalu melakukan hal ini jika akan memberikan uang kembalian ke pembeli. Tidak ada kekhawatiran darinya akan ditipu oleh orang lain.

“Enggak Mbak, saya memang nggak bisa melihat tapi saya percaya saja,” kata dia.

Cuplik mengaku setiap hari yang berbelanja ke pasar setiap pukul 03.00 adalah ibunya.

“Dagangan ini punya ibu saya. Dijual subuh, kalau tidak habis baru saya yang keliling sama suami,” kata dia ramah.