Menyongsong Nyepi, Ogoh-Ogoh Diarak Keliling Alun-Alun Batu

Salah satu tokoh sedang memercikkan air ke pemanggul ogoh-ogoh
Salah satu tokoh sedang memercikkan air ke pemanggul ogoh-ogoh (fathul)

MALANGVOICE – Acara Tawur Agung dibuka dan ditutup dengan arak-arakan sembilan ogoh-ogoh dan satu patung Ganesha. Dari Block Office, 10 simbol acara Nyepi itu diarak melalui Jalan Panglima Sudirman, Jalan Gajah Mada, Alun-Alun, dan kembali ke Jalan P Sudirman.

Dalam kepercayaan umat Hindu, kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Batu, Pariyanto, ogoh-ogoh merupakan simbol dari Butakala, yang merupakan sifat jahat yang dimiliki manusia.

Sedangkan Ganesha, lanjutnya, menjadi simbol ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang merupakan anak dari dewa. Dalam peletakannya pun, Ganesha dipisahkan dari ogoh-ogoh, karena kedudukannya berbeda.

“Nanti ogoh-ogoh tidak kami bakar, tapi kami beri tirta pralina yang merupakan air kematian. Ini sebagai simbol mengendalikan sifat jahat. Karena kejahatan tidak dapat dihilangkan, tapi dikendalikan. Karena baik dan buruk itu ada dalam sifat manusia,” tambahnya.

Dalam arak-arakan itu, seribuan umat hindu mengikuti dengan ikat kepala khas masyarakat Hindu Bali. Pemanggul ogoh-ogoh pun sering beratraksi dengan berputar dan miring ke kanan atau ke kiri, sehingga peserta pawai harus hati-hati.