Menilik Historis Monyet di Wisata Pemandian Wendit

Wisata Wendit
Wisata Wendit. (Istimewa)

MALANGVOICE – Perkembangan tempat-tempat wisata alam yang berada di wilayah sekitar Malang Raya mulai terabaikan lantaran kalah bersaing dengan wisata lainnya.

Namun, ada beberapa tempat wisata yang masih mampu bertahan, salah satunya tempat wisata pemandian Wendit, yang termasuk salah satu wisata tertua dan paling unik di wilayah Malang Raya, karena keberadaan monyet-monyet.

Taman wisata yang masyarakat biasa menyebutnya Mendit ini terletak di desa Mangliawan, Pakis ini berada di lokasi cukup strategis karena berada di jalan masuk ke arah kota Malang dari bandara Abdurahman Saleh.

Kepala Desa Mangliawan, Pakis, Suprapto mengatakan, di tempat wisata ini memang ada kolam renang yang berasal mata air disekitarnya. Dalam kolam renang tersebut ada yang sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti waterboom.

“Di Wendit ini ada mata air yang diyakini oleh masyarakat Tengger sebagai tempat sakral, yang uniknya ada monyet-monyet tidak diketahui jumlahnya dan berasal dari mana, padahal lokasinya dekat perkampungan,” ucapnya, saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Selasa (16/9).

Menurut Suprapto, berdasarkan cerita dari nenek moyang, wisata Wendit itu berasal dari kata wendito yang berarti pendito atau pendeta. Sebuah cerita mengatakan bahwa sumber air Wendit muncul karena pergeseran gunung Widodaren. Pergeseran tersebut menyebabkan banyak wilayah yang kekeringan hingga akhirnya seorang pendeta melakukan semedi di wilayah Mangliawan dan muncul sebuah sumber air yang kelak diberi nama sebagai Wendit.

“Berdasarkan cerita sesepuh dan kakek saya, Wendit merupakan tempat peristirahatan raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Keturunan raja tersebut merupakan Bupati Malang yang pertama, selanjutnya Bupati Malang yang kedua merupakan keturunan dari Bupati yang pertama,” jelasnya.

Akan tetapi, lanjut Suprapto, keturunan dari Bupati Malang yang ke dua tersebut tidak mau meneruskan untuk menjadi Bupati Malang ke-tiga, ia lebih memilih untuk melakukan kegiatan spiritual yang biasa di sebut Lelono. Diyakini, monyet-monyet yang berada di wilayah Wendit itu dulunya merupakan penjelmaan dari pasukan pasukan Mojopahit, pengikut putar Bupati Malang yang ke-dua.

“Setahu saya dari saya kecil hingga saat ini jumlah monyet-monyet itu ya itu-itu saja. Masyarakat juga menyakini jika monyet-monyet itu tidak bertambah dan berkurang dari masa ke masa. Ada yang bilang jika monyet-monyet itu sebagai utusan dari sebuah kerajaan di Tengger untuk melindungi sumber mata air di Wendit,” terangnya.

Sehingga, tambah Suprapto, muncul berbagai cerita mengenai manfaat dari air di pemandian Wendit ini. Apalagi dimasa penjajahan Belanda, tempat wisata Wendit tersebut telah diubah menjadi sebuah tempat peristirahatan dan pemandian yang dilengkapi lapangan tenis dan ditanami banyak pohon hingga menyerupai hutan kecil.

“Tempat itu sempat rusak dan tidak terurus ketika datang penjajahan Jepang. Tapi di jaman Jepang, monyet-monyet itu sebulan sekali divaksin. Tapi untuk jumlah pasti tidak tahu, dan saat ini malah ada tiga kelompok,” tukasnya.