Mengatasi Hama di Kota Batu, Dispertan Terjunkan Tim Crop

Tim pembasmi Hama ulat (Spodoptera frugiperda). (Istimewa)

MALANGVOICE – Keluhan petani terkait adanya hama beberapa pekan yang lalu, Dinas Pertanian Kota Batu menerjunkan tim Cepat Respon Opini PUblik (CROP).

Diketahui, hama tersebut menyerang tanaman jagung seorang petani, Agus Susanto di Dusun Rejoso, Desa Junrejo. Tanaman jagung tersebut, terserang hama ulat (Spodoptera frugiperda) dengan intensitas serangan sekitar 26,67%.

Dengan luas hamparan terdampak sekitar 2 hektare yang terserang penyakit bulai (Peronosclerosporoceae maydis) dengan intensitas serangan sekitar 10%. Pemberian kotoran hewan secara langsung tanpa proses dekomposisi menjadi penyebab utama.

Kepala Dinas Pertanian, Sugeng Pramono mengatakan, saat ini sudah diterjunkan tim tanggap cepat terkait penanganan hama di Kota Batu.

“Kita punya tim CROP, reaksi tanggap keluhan petani. Tim Crop melakukan kegiatan ini apabila ada keluhan dari petani melalui Aplikasi Balai Kota Among Tani Teknologi tentang OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang meliputi Tanaman pangan dan Hortikultura,” ujar Sugeng pada Selasa (4/8).

Lebih lanjut, kata Sugeng, pihaknya akan selalu berkoordinasi dengan Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan (POPT) wilayah Kota Batu. Ia mengatakan langsung turun ke lapangan untuk mengidentifikasi serangan OPT, memberikan rekomendasi untuk penanganan OPT, serta memberikan sarana untuk pengendalian apabila persediaan masih ada.

“Saat ini kami juga mulai mengaplikasikan drone sprayer untuk membantu petani mengendalikan serangan OPT. Serangan Hama ulat jagung Spodoptera frugiperda Dan penyakit Trotol pada bawang merah (Alternaria porii) di Dusun Rejoso Desa Junrejo,” tambahnya.

Selain itu, kata Sugeng, tim CROP juga melakukan pengendalian Hama Wereng Batang Coklat pada padi (Nilapavarta lugens) di Shaun Sekar putih di Desa Pendem.

Sementara itu, untuk beberapa rekomendasi untuk penanggulangan ulat tersebut. Pertama, penggunaan mikroba entomopatogen/APH mulai awal penanaman dan dilakukan secara periodik (misalkan Metharizium anisopliae).

Kedua, eradikasi selektif dengan memusnahkan tanaman jagung yang terserang bulai sehingga tidak menjadi sumber inokulum bagi tanaman lain.

Ketiga, penggunaan insektisida (berbahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis)

Keempat, pengendalian hama ulat secara mekanis dengan mencari dan membunuh ulat dan kelompok telur di tanaman

Kelima, penggunaan pupuk organik yang sudah terdekomposisi + agen hayati untuk mengendalikan serangan penyakit.(der)