MALANGVOICE – Gempa berkekuatan magnitudo 6,1 pada Sabtu (10/4) lalu, tidak membuat warga RT 8, Dusun Krajan, Desa Majang Tengah, Dampit, menunda untuk melakukan tradisi menyambut bulan Ramadan atau yang biasa disebut ‘megengan’.
Mereka terus menjalankan tradisi ‘Megengan’ walau dilakukan di bawah posko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dan tenda darurat.
Salah satu warga, Puji Astutik mengaku tetap menjalankan ‘megengan’ dengan antusias. Itu terlihat beberapa ibu-ibu sibuk melakukan aktivitas memasak untuk disiapkan sebagai menu menyambut bulan suci Ramadan, dan menyiapkan kopi bagi warga laki-laki yang sedang kerja bakti membersihkan puing-puing sisa reruntuhan bangunan akibat gempa.
“Biasanya kami (masak, red) sendiri-sendiri kalau menyambut Ramadan. Karena sekarang sedang kena musibah jadi ya begini adanya,” katanya.
Oleh karena itu, lanjut Puji, dirinya bersama ibu-ibu yang lain gotong-royong menyiapkan menu makanan yang digunakan sebagai syukuran untuk menyambut bulan Ramadan Selasa (13/4) besok.
“Ini tradisi kami sebagai umat muslim. Meski kami diterpa musibah, kami tetap lakukan ini, karena menurut kami ini hanya dilakukan setahun sekali,” jelasnya.
Akan tetapi, tambah Puji, dirinya mengakui jika beberapa warga tidak bisa merayakan bulan suci Ramadan di Musala Busro Latif yang yang rutin digunakan untuk beribadah. Kali ini mereka akan ‘megengan’ di tenda darurat sebagai rasa syukur bisa kembali berjumpa dengan Ramadan.
“Kami masak sekarang sekalian buat sahur nanti, tapi tidak di Musala Busro Latif soalnya rusak. Jadi kami takut,” pungkasnya.(end)