Mbois! Pria Ini Manfaatkan Modifikasi Tong Bekas untuk Jual Kopi Keliling

MALANGVOICE – Pemandangan tak biasa menghiasi pelataran Masjid Brigjen Soegiono Balai Kota Among Tani, Jumat (3/8).

Ada sebuah tong yang dimodifikasi menyerupai gelas berwarna kuning mejeng. Persis di sampingnya ada pria mengenakan setelan surjan warna hitam dan memakai blangkon warna serupa. Namanya Husni Thamrin (50) penjual kopi keliling.

Tong bertuliskan Kopi Racik Gardu (gagasan riil dunia usaha) Wong Batu lantas jadi jujukan kaum Adam yang baru saja menunaikan ibadah. Husni lantas meracik kopi di tong yang juga terdapat kompor gas tersebut.

Kopi bubuk yang disediakannya pun beragam. Mayoritas kopi lokal Malang Raya. Ada kopi Sidodadi Dampit hingga Ngantang Kabupaten Malang.

Ya, warga Kelurahan Ngaglik, Kota Batu ini mengaku sudah lama berjualan kopi keliling. Persisnya 2014 silam. Namun dengan media tong yang dimodifikasinya sendiri ini baru dimulai tidak lebih dari sepekan lalu.

“Sempat vakum dan cari kerja lain. Pernah coba forex (bisnis trading atau saham online) hingga poker online,” kata pria akrab disapa Husni ini.

Sejak berhenti berjualan kopi keliling, berbagai cobaan dialami. Pernah merantau hingga Ibukota Jakarta, namun tak mudah mendapatkan pekerjaan. Hingga akhirnya, memutuskan kembali berjualan kopi keliling.

“Banyak teman yang meminta saya buat berjualan ini lagi. Saya jadi termotivasi untuk bangkit dan bersemangat lagi,” kenang alumnus SMAN 3 Malang ini.

Dipilih tong, sebagai media berjualan diakuinya juga ide dadakan. Gagasannya tiba-tiba saja muncul setelah merenung. Gelas lantas jadi inspirasi untuk mendesain gerobak berbahan tong tersebut.

Di gerobak tong ada berbagai alat, termasuk grinder (alat penggiling biji kopi secara manual). Tujuannya juga ingin mengedukasi pembeli. Paling unik juga saat berkeliling, Husni memanfaatkan lonceng guna menarik perhatian.

“Jadi lonceng ini ada dua unsur. Sakral dan mistis,” kelakar Husni.

“Lonceng ini agar timbul harmonisasi irama saja. Tidak sering saya pakai, takut orang terganggu karena terlalu ramai,” imbuhnya.

Husni menjelaskan, waktu berangkat berjualan tak menentu. Kadang pagi, kadang siang hari. Lalu pulang paling malam pukul 22.00 WIB.

Segelas kopi yang ia jual kisaran harga Rp 5 ribu. Tidak hanya kopi, ada wedang jahe, kopi susu, susu panas, wedang pokak, dan lainnya.

Husni biasanya keliling sekitar Alun-alun Kota Batu, beberapa tempat wisata hingga Balai Kota Among Tani. Saat mampir di kantor terpadu Pemkot Batu tersebut tak jarang beberapa kepala OPD jadi langganannya. Termasuk Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso.

“Nama usaha saya ini ada kepanjanganya (akronim). Kopi artinya Ketika Otak Perlu Inspirasi. Racik adalah (Rasakan Adanya Cakrawala Imajinasi Kedepan), Wong Mbatu (Waktu Orang Anggap Gila Membuat Batin Anda Timbul Upaya), dan Gardu (Gagasan Riil Dunia Usaha),” tutup Husni.(Der/Aka)