Mbois! Pakai Bujangseta Bikin Produksi Jeruk Meningkat 6 Kali Setahun

Peserta diseminasi bujangseta antusias mendengarkan penjelasan petugas Balitjestro di KP Banaran Bumiaji, Kamis (23/11). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Kabar gembira untuk petani jeruk. Jika biasanya dalam setahun panen 3 kali, maka dengan teknologi pembuahan jeruk berjenjang sepanjang tahun (Bujangseta) bisa sampai 6 kali panen.

Inovasi baru ini diciptakan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) berkantor di Desa Tlekung, Junrejo, Kota Batu. Teknologi Bujangseta mampu membuat tanaman jeruk berbuah sepanjang tahun dengan mutu buah premium. Teknologi ini meliputi manajemen kanopi, manajemen nutrisi dan manajemen hama penyakit.

Teknologi ini diterapkan setelah tanaman sudah berbuah, dan ketiga manajemen ini mengarah pada pertunasan generatif dan bunga mampu mekar serempak.

“Riset ini memakan waktu sekitar lima tahun. Tujuannya agar petani bisa panen terus tanpa ada periode kosong,” kata Kepala Balitjestro Dr. Ir. M Taufiq Ratule, ditemui MVoice di sela-sela praktik lapangan di KP Banaran Desa Bumiaji, Kamis (23/11).

Peserta diseminasi bujangseta antusias mendengarkan penjelasan petugas Balitjestro di KP Banaran Bumiaji, Kamis (23/11). (Aziz Ramadani/MVoice)

Manajemen kanopi, lanjut Taufiq, berhubungan dengan desain kanopi tanaman untuk mendapatkan suplai cahaya matahari cukup dan teknologi pelengkungan. Hal ini diharapkan C/N ratio pada batang atau ranting tanaman mampu memicu hormon dan bergerak ke arah yang paling tinggi saat dilengkungkan.

“Sehingga hormon bekerja dan memicu bud flower (Tunas bunga),” urainya.

Taufiq melanjutkan, manajemen nutrisi mendukung pecahnya tunas yang dipicu hormon sitokinin. Nutrisi berupa pupuk diberikan secara periodik setiap 1,5 bulan sekali. Yaitu berupa pupuk NPK granule dan cair.

“Tujuannya untuk meningkatkan kemanisan bisa ditambahkan pupuk yang mengandung Magnesium tinggi,” jelasnya.

Sedangkan manajemen hama penyakit diupayakan mengantisipasi buah jeruk dari penyakit burik kusam selama proses budidaya hingga panen. Pengendalian dilakukan secara hayati dan kimiawi. Secara hayati menggunakan entomapatogen Hirsutella sp, sedangkan secara kimiawi dikendalikan dengan akarisida berbahan aktif abamektin, propagit, dan dikofol dosis sesuai anjuran.

“Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas buah yang mulus dengan mutu premium,” tutup Taufiq.

Dalam momen diseminasi ini, dibuka Pejabat Eselon 2 Kementerian Pertanian yaitu Dr. Hardiyanto, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Pelatihan diikuti 149 orang yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Petugas PPL/POPT/Mantan, Peneliti BPTP, Petani, dan swasta Pelaku agribisnis Jeruk. Peserta berasal dari 12 Provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Bengkulu, Riau, Lampung, Bali, Jabar, Jateng,Yogyakarta, Jatim, dan Bali.(Der/Yei)