Masrifah, Cawabup yang Piawai Mainkan Samroh

Cawabup dari PDIP, Masrifah Hadi, saat memainkan samroh disela-sela blusukan di masyarakat.

MALANGVOICE – Calon Wakil Bupati Malang, Hj Masrifah Hadi, ternyata lihai memainkan samroh atau rebana. Kenyataan itu bahkan selalu ditunjukkan saat mengikuti pengajian saat blusukan di masyarakat.

Pada umumnya kesenian samroh banyak digemari dan dilakukan remaja puteri. Samroh dapat dikatakan semacam vokal grup yang menyanyikan lagu-lagu bernafaskan agama Islam.

Jumlah pemain samroh sekitar 12-13 orang. Alat musik yang digunakan adalah rebana, dalam perkembangannya kemudian alat-alat musik baru seperti tambur, seruling, harmonika dan ketipung.

Pasangan Dewi Sri itu mulai menggeluti kesenian tradisional samroh saat mengikuti pendidikan di PGAN 6th putri di Malang. Ia lantas menjadi pengurus dan penyanyi di grup samroh ‘LCINDY’. Grup samroh tersebut sering diundang hampir seluruh Kabupaten Malang, kisaran tahun 1974-1975.

Selanjutnya, mantan Ketua Muslimat NU Kabupaten Malang dua periode itu, ditunjuk sebagai ketua samron PGAN 6th putri Malang.

Setelah keluar dari Pendidikan PGAN 6th, ia lantas bergabung dengan grup samroh milik PAC Fatayat NU Kecamatan Karangploso. Grup kesenian Islami ini pun rutin mengikuti lomba-lomba, salah satunya lomba samroh tingkat Kabupaten Malang dan berhasil meraih juara 1.

Selain itu, mantan pengawas ini juga aktif mengikuti MTQ dan pernah meraih juara 1 tingkat karisidenan Malang tahun 1974.

“Samroh mulai terpinggirkan, tugas kita bersama untuk merawat dan melestarikannya,” ungkap, Masrifah Hadi.

Bakatnyan kemudiam ditularkan kepada orang lain dengan cara mengajar di sekolah formal lewat kegiatan ekskul.

“Sempat ikut lomba pidato, alhamdulillah kog juara 1,” ungkapnya.

Calon dari PDIP itu juga aktif dalam berorganisasi, salah satunya organisasi kemasyarakatan. Lantas, ia dipilih sebagai Sekretaris Muslimat NU tahun 2001-2006 dan 2006-2010 dan 2010-2015 menjabat sebagai ketua Muslimat NU Kabupaten Malang.

Kepeduliannya akan pendidikan juga ditunjukkan dengan mendirikan lembaga pendidikan MTS ‘Roudhotul Ulum’, di Desa Ngijo, Karangploso.

“Sorenya saya fokus di MTS, paginya sebagai pegawai negeri,” paparnya.

Namun, sekalipun setiap hari jadwalnya padat, ia tidak lantas meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga.

“Saya enjoy dengan kegiatan setiap harinya. Namun, jangan lupakan kodrat kita sebagai perempuan, menjadi istri dan ibu bagi anak-anak di rumah,” tutupnya.