Marak Aksi Bunuh Diri, Psikolog: Pelaku Kurang Bisa Mengelola Depresi

Ilsutrasi Bunuh Diri (Anja a)

MALANGVOICE – Selama hampir dua pekan, mulai Senin (7/1) hingga Jum’at (18/1) ini tercatat sudah ada tiga orang meninggal dunia dengan cara yang tak wajar. Para korban memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.

Menanggapi, fenomena tersebut, Dosen Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Putri Saraswati ikut prihatin.

Putri menjelaskan, kasus bunuh diri ini terjadi karena seseorang kurang bisa mengelola stres dan masalah, hal itulah yang memicu dan meningkatkan resiko untuk melakukan bunuh diri.

“Bunuh diri itu tergantung dari kepribadian masing-masing, karena daya tahan terhadap stress juga mempengaruhi. Tapi, jika sampai bunuh diri berarti korban sudah tidak mampu menghadapi masalahnya,” ungkapnya.

Akan tetapi, tambah Putri, untuk kasus bunuh diri di Kabupaten Malang mayoritas korbannya berjenis kelamin laki-laki. Sebab, laki-laki cenderung kurang terbuka ketika menemui masalah. Hal tersebut turut memicu timbulnya stres.

“Jika berdasarkan hasil penelitian psikologi, laki-laki cenderung tidak terbuka. Mereka jarang bercerita sehingga mudah stres. Selain itu, faktor usia juga mempengaruhi, misalnya ketika akan pensiun, jelas akan memikirkan kedepannya bagaimana, apalagi kemungkinan penyakit yang akan menyerang,” pungkasnya. (Hmz/Ulm)