Mahasiswa UB Ciptakan Morico: Alat Pembuatan Asap Cair dari Limbah Batok Kelapa Berteknologi Disco

MALANGVOICE – Kabupaten Malang menghasilkan produksi kelapa sebesar 14.253 ton per tahunnya. Sehingga limbah batok kelapa yang dihasilkan sebesar 12 persen atau 1.710 ton. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan asap cair dengan melakukan proses pembakaran pada batok kelapa.

Asap cair adalah cairan hasil dari proses pembakaran batok kelapa yang dapat diaplikasikan untuk pengawet getah karet, pembasmi hama tanaman (insektisida), hingga pengawet alami makanan pengganti boraks.

Pengolahan asap cair dilakukan UKM Putra Tunggal. UKM tersebut merupakan satu-satunya UKM yang bergerak di bidang pembuatan asap cair di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dalam melakukan produksinya, UKM Putra Tunggal masih menggunakan metode konvensional. Dalam proses pembuatannya, mereka memanfaatkan limbah asap hasil pembakaran batok kelapa sehingga ramah lingkungan, namun selama proses pembakaran terjadi kebocoran asap yang terjadi cukup tinggi.

Selain itu, UKM tersebut masih menggunakan bambu untuk media pengalir asap. Sehingga dengan metode konvensional tersebut, produk yang dihasilkan dari 3 ton batok kelapa berupa asap cair grade C dengan jumlah hanya 50 liter. Permasalahan lain yang dihadapi adalah menentukan teknologi yang tepat untuk mengubah asap cair grade C menjadi grade A untuk memenuhi permintaan pasar. Karena dengan produktivitas yang rendah, UKM tersebut akan kalah bersaing dengan industri asap cair lainnya.

Asap Cair grade A dan C (Istimewa)

Melihat permasalahan tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan Morico. Mereka adalah Arsyika Oktaviani, Sellyan Lorenza Olanda Putri, Firda Pramesti, Arta Harianti, dan M. Fathussalam. Di bawah bimbingan dosen Angky Wahyu Putranto, mereka menggagas inovasi tersebut melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKM-T) yang didanai oleh Kemristekdikti.

Arsyka Oktaviani menjelaskan, Morico merupakan alat pembuatan asap cair grade A menggunakan teknologi Disco (Distilaton Cyclone) untuk meningkatkan produktivitas UKM.

“Dengan alat tersebut, waktu produksi per batch dari 120 jam menjadi 48 jam. Jumlah produksi asap cair grade C dari 50 liter menjadi 100 liter dan dapat menghasilkan asap cair grade A sebanyak 65 liter. Sehingga didapatkan keuntungan per batch adalah 3.008.125 (meningkat lima kali dari 561.350),” paparnya kepada MVoice.

Selain meningkatkan produktivitas, beberapa keunggulan alat ini antara lain ramah lingkungan, meningkatkan kualitas asap cair, diversifikasi jenis produk lainnya, serta dapat meningkatkan pendapatan mitra sebanyak lima kali lipat.

Oleh karena itu, inovasi teknologi yang merupakan teknologi baru ini sudah mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas dari produksi asap cair UKM Putra Tunggal.

“Selain itu, untuk memudahkan penerapan teknologi baru, kami melakukan sosialisasi dan monitoring secara berkala kepada UKM untuk mengetahui perkembangan yang telah dilakukan,” katanya.

Menurutnya, antusiasme terhadap teknologi baru ini juga mempengaruhi masyarakat sekitar untuk turut serta dalam sosialisasi yang dilakukan. (Der/Ulm)