MALANGVOICE— Desa Wisata Edelweiss Wonokitri, yang terletak di kaki Gunung Bromo, menjadi lokasi pelaksanaan program Genera-Z Berbakti oleh Bakti BCA.
Program ini melibatkan mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Indonesia (UI) untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat lokal, mulai dari isu kesehatan, lingkungan, hingga pendidikan.
Sebanyak 12 mahasiswa UB mengusung program bertajuk “Adinata Wonokitri” yang berfokus pada pencegahan penyakit tidak menular (PTM) melalui pendekatan holistik berbasis budaya dan teknologi.
Pengabdian Masyarakat Dosen Jurusan Akuntansi Polinema pada Mitra Industri Properti

Bakti BCA Nicholas Saputra (foto 1 tengah), Ilmuwan & Pencetus Metode Gasing Prof. Yohanes Surya (foto 1
kiri), dan Aktris, Produser & Pengusaha Happy Salma (foto 1 kanan) saat menjadi panelis dalam program
Genera-Z Berbakti BCA.
Program ini mencakup deteksi dini sindrom metabolik, manajemen stres berbasis kearifan lokal, serta edukasi kesehatan menggunakan media digital. Mereka juga akan menyelenggarakan kegiatan Smart Medical Checker dan Tengger Harmony Healing Week di desa tersebut.
Sementara itu, tim UI yang terdiri dari 9 mahasiswa menghadirkan program “SAVANA” (Sustainable Action for Village, Agriculture, Nature, and Health). Program ini menggabungkan konservasi lingkungan, edukasi ekowisata, dan penguatan kesehatan masyarakat melalui kegiatan berbasis komunitas.
Kegiatan yang dirancang meliputi pendidikan lingkungan untuk anak-anak, pelatihan pembuatan pestisida dan pupuk organik, bioplastik, serta pelatihan bahasa Inggris bagi warga.
Genera-Z Berbakti merupakan program inisiatif dari Bakti BCA yang bertujuan mendorong mahasiswa menjadi agen perubahan sosial. Sebelum melaksanakan program di desa tujuan, para peserta mengikuti sesi bootcamp sebagai pembekalan. Program ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan di lokasi.
Desa Wonokitri, yang berada di ketinggian 1.900 mdpl dan dikenal sebagai pintu gerbang utama Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), menghadapi tantangan serius seperti deforestasi, pengelolaan sampah pariwisata, serta keterbatasan akses kesehatan dan pendidikan.
Melalui keterlibatan mahasiswa, program ini diharapkan dapat membantu memperkuat ketahanan sosial dan ekologis masyarakat adat Tengger.(der)