Lewat Podcast Sam Rektor, IBU Malang Ajak Jurnalis Hadapi Pandemi Secara Humanis

Suasana Podcast Sam Rektor IBU. (Mvoive/Toski D).

MALANGVOICE – IKIP Budi Utomo (IBU) Malang memanfaatkan kemajuan teknologi video podcast (Podcast) dengan mengajak jurnalis menciptakan suasana damai di tengah pandemi Covid-19 melalui karya jurnalistik.

Pasalnya, saat ini banyak masyarakat yang paranoid dengan pandemi Covid-19 yang sudah hampir dua tahun ini melanda wilayah Indonesia.

Dalam podcast yang berlangsung di Kampus C IBU tersebut, Rekor IBU Malang, Nurcholis Sunuyeko berdiskusi bersama ketua organisasi profesi kewartawanan di Malang Raya.

Terdapat empat ketua organisasi profesi wartawan yang hadir, masing-masing Cahyono, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya, M Zainudin sebagai Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, Sekretaris Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Malang Arief Masbuhin, dan Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang, Darmono.

Dalam kegiatan podcast tersebut, Nurcholish berdialog tentang peran jurnalis di masa pandemi Covid-19 untuk mengajak masyarakat ikut mewujudkan pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan.

Di tengah Pandemi Covid-19 jurnalis memiliki peran vital dalam menyebarkan informasi penting tentang Covid-19.

Banyak sekali sektor yang terpengaruh akibat pandemi ini, tidak hanya kesehatan tapi juga salah satunya adalah sektor ekonomi.

Apalagi, di zaman kemerdekaan seperti ini, kemerdekaan jurnalis masih masuk dalam tanda kutip.

“Banyak jurnalis yang bebas dan merdeka dalam berekspresi, tapi dalam melakukan publikasi ada pembatasan,” tegas Nurcholish.

Menanggapi hal tersebut, Ketua PWI Malang Raya, Cahyono langsung menjawab peran jurnalis masih dibatasi dengan pasal karet sehingga kemerdekaan jurnalis belum terwujud.

“Kita mau berkarya gimana lagi, jika terlalu frontal kita akan dikenakan UU ITE,” katanya merespon ungkapan Nurcholis.

Sementara itu, Ketua AJI Malang, M Zainudin juga sangat memperhatikan kesejahteraan para jurnalis disamping profesionalisme.

Di sisi lain, Ketua PFI Malang, Darmono mengaku bebas dan merdeka dalam berekspresi. Hanya saja ada pembatasan ketika masuk ranah publikasi.

“Saya bebas memfoto semua, tapi dalam mengupload karya saya ada batasan,” pungkasnya.

Dengan munculnya polemik tersebut, dapat disimpulkan jika Dewan Pers juga memiliki peran untuk ikut andil dalam menjaga dan menciptakan kemerdekaan jurnalis/pers, serta menjaga keseimbangan agar tidak terjadi gejolak sosial dan tetap menciptakan situasi yang kondusif.(end)