Lewat Monolog Hasilkan Karya Seni

Muchlis Arif saat ditemui MVoice di Galeri Matahati Ceramic, Perumahan Batu Permai, Kota Batu, Selasa (24/9). (Ayun/MVoice)
Muchlis Arif saat ditemui MVoice di Galeri Matahati Ceramic, Perumahan Batu Permai, Kota Batu, Selasa (24/9). (Ayun/MVoice)

MALANGVOICE – Belasan karya instalasi atau 3D keramik kontemporer terpajang rapi di dinding rumah Jalan Merak, Perumahan Batu Permai, Kota Batu. Semua itu milik Muchlis Arif, Selasa (24/9).

Di hari tuanya yang kini berusia 50 tahun, ia memiliki cara berbeda dalam menuangkan seninya. Berawal dari monolognya dengan dirinya sendiri, ia menggelar pameran bertajuk ‘Monolog’.

“Sebagai tempat ekspresi saya dalam monolog di masa tua,” ujarnya saat ditemui MVoice.

Setiap bermonolog ia mencoba meninggalkan jejak seninya. Karena sebelumnya sudah bergelut di bidang seni keramik. Akhirnya ia memutuskan meninggalkan jejak seninya di atas bahan seni yang digelutinya sejak 1989.

”Karya ini jejak. Ketika saya bermonolog. Itu saya jejakkan di keramik ini,” ungkap alumnus S2 ISSI Jogja jurusan Penciptaan Seni Keramik ini.

Sementara, dalam proses karya seninya, ia menjelaskan bahwa yang paling sulit dan lama yakni ketika menetukan ide. Karena, harus mampu menggambarkan dan mengekpresikan apa yang ingin disampaikannya. Selain itu, bagaimana membuat orang menarik dan enak ketika melihatnya.

”Kalau hanya membuat cukup 10 hari saja sudah jadi. Tapi cukup sulit itu idenya,” imbuhnya.

Setelah lamanya dia bermonolog itu. Dalam pamerannya kali ini, Arif ingin ada titik temu dan ruang antara kaum idealis dan pragmatis.

Artinya, bertemu langsung dan saling berinteraksi, berdiskusi dan saling tukar tambah rasa serta pikiran.

”Inginnya, dalam pameran ini ada terbuka ruang dialog antara idealis dan pragmatis lebur menjadi satu titik kesejatian,” harapnya.

Dicontohkannya seperti karya keramik yang berjudul “sendiri penuh warna”. Dalam karya instalasi kolamik 20 mangkuk itu dengan campuran kaca botol kecap. Diartikannya bahwa seorang akan lebih berwarna dalam kesendirian dengan berpikir, kontemplasi, hingga introspeksi diri.

”Jadi, dalam kesendirian seorang akan lebih berwarna dalam berpikir. Itulah yang namanya Monolog,” tutup pria usia 50 tahun itu.(Der/Aka)