Langkah BB-TNBTS Mempertahankan ‘Si Bunga Abadi’ Edelweiss Tetap Abadi

(Aziz Ramadani/MVoice)
(Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Siapa yang tak kenal edelweiss, bunga berjuluk bunga abadi ini hanya tumbuh di gunung, tak terkecuali di kawasan Bromo dan Semeru. Sayang keberadaannya kian terancam akibat ulah tangan tak bertanggung jawab.

Nah, agar bunga bernama latin Anaphalis spp itu tetap abadi sesuai namanya, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) lakukan suatu hal.

“Kami mencoba mencari terobosan melalui program budidaya edelweiss di luar habitat aslinya (kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru),” kata Kepala BB- TNBTS John Kenedie, Selasa (6/11).

Program budidaya edelweiss, lanjut dia, telah dirintis di dua desa, yaitu Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo dan Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Pada perkembangannya kedua Desa tersebut dijadikan model Desa Wisata Edelweiss yang merupakan pola percontohan budidaya edelweiss di luar habitat aslinya (TNBTS).

Habitat edelweiss selain di TNBTS yang banyak tumbuh didaerah lereng Semeru dan sekitar kawasan Bromo, juga tumbuh di beberapa tempat di luar koridor kawasan TNBTS yang memang memiliki topografi dan kontur yang memungkinkan edelweiss dapat tumbuh subur. Di TNBTS sendiri terdapat 3 jenis edelweiss, yaitu Anaphalis Javanica, Anaphalis Visida dan Anapahlis Longifolia.

“Pengembangan wisata desa edelweiss tersebut sudah diinisiasi dari tahun 2017 dan puncaknya akan dideklarasikan sebagai Desa Wisata Edelweiss pada tanggal 10 Nopember 2018 melalui acara Festival Land of Edelweiss 2018,” sambung dia.

Sebagaimana diketahui salah satu jenis edelweiss (Anaphalis spp) atau dengan nama lokal Kembang Tana Layu yaitu Anaphalis Javanica ditetapkan sebagai tanaman yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang perubahan atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.20/MenLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Penamaan kembang tana Iayu merujuk pada kondisi fusik bunga edelweis yang memiliki ketahanan lama (tidak mudah layu) sehingga diidentikan juga sebagai bunga abadi. Kondisi inilah yang menjadikan edelweiss menjadi bunga menarik yang banyak dicari, terutama oleh muda -mudi yang sedang dimabuk asmara sebagai Iambang cinta abadi

Sementara itu oleh masyarakat Tengger, edelweiss merupakan bunga yang disakralkan sebagai pelengkap sesaji yang selalu ada dalam ritual adat masyarakat Tengger. Kondisi semacam inilah yang mengancam keberadaan edelweiss dari habitat aslinya.

John menambahkan, Festival Land of Edelweiss merupakan langkah awal dalam upaya melestarikan bunga itu dari kepunahan, melestarikan kearifan lokal budaya Tengger sekaligus memberikan peluang peningkatan ekonomi masyarakat.

“Harapannya konsep memadukan konservasi, religi dan ekonomi melalui ikon edelweiss di TNBTS ini dapat menjadi contoh keberhasilan pengelolaan Taman Nasional di daerah lain atau UPT lain yang mampu bersinergi dengan masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Perlu diketahui, launching Wisata Desa Edelweiss Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo dan Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, festival juga akan dimeriahkan dengan acara Festival Pawon Tengger, festival seni dan budaya Tengger, pameran produk kerajinan Edelweiss, pameran produk desa penyangga, pemilihan Duta Edelweis dan talk show dengan menghadirkan narasumber Direktur Jenderal KSDAE, Bupati Pasuruan, Bupati Probolinggo, Sesepuh Tengger Wonokitri dan Ketua Kelompok Tani Edelweiss dari Desa Wonokitri dan Ngadisari dengan Narasumber Nurdin Razak.(Der/Aka)