MALANGVOICE – Minor meluncurkan single barunya berjudul Disertasi Alam, awal Februari 2020 ini. Konsisten berkutat menyikapi persoalan negara, single kedua ini menyuarakan eksploitasi alam Indonesia yang kian mengkhawatirkan.
Lagu bergenre pop dark ambient ini menyoroti eksplorasi alam yang mengabaikan hak-hak masyarakat, terlebih hak lingkungan. Minor mengajak pendengarnya mencegah deforestasi atau penebangan hutan (avoided deforestation). Sebab, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2014 sampai dengan 2018, luas hutan Indonesia, terutama Kalimantan dan Sumatera telah berkurang hingga 2,6 juta hektare.
Berry Minor menjelaskan, lagu Disertasi Alam bertujuan menyebarluaskan mengenai problematika Indonesia, terutama lingkungan yang terus dirusak secara membabi buta. Mirisnya hal itu diklaim sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan.
“Kami menjajaki tentang si ibu bumi.
Rangkuman kecil tentang eksploitasi alam yang kami gambarkan dan judulkan Disertasi Alam. Mencatat dan ber-aluna (bernyanyi) mempertanyakan agreement para a greed ment (keserakahan),” ujar pemilik nama lengkap Fahzlurr Berri Almustapha ini.
Masih berpedoman data hasil riset, perubahan peruntukan tanah semakin mendorong terjadinya emisi tahunan karbon dioksida (CO2) sebanyak antara 18% dan 20%. Eksploitasi alam yang berlebihan seperti produksi dan ekspor batu bara Indonesia yang mencapai 7,2 persen dan 16,1 persen dari porsi (share) dunia. Padahal, cadangan Indonesia hanya 2,2 persen dari porsi dunia. Serta cadangan minyak Indonesia sebesar 3,2 miliar barel yang berarti hanya 0,2% dari total cadangan dunia.
Belum lagi program green industry, kendaraan listrik dan penggunaan panel-panel surya yang belum merata. Hal itu disebabkannya harga produk relatif tidak terjangkau. Minor menyakini hal itu semata-mata sebagai eksistensi kepentingan dua kubu, yakni perusahaan tambang energi dan penggunanya dengan perusahaan energi alternatif dan produknya.
“Dengan ini (single Disertasi Alam) kami mengacu pada pencegahan atau pengurangan hilangnya hutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” sambung dia.
Menjadi kegelisahan yang menjadi-jadi, Minor justru mempertanyakan bagaimana nasib rakyat kecil dan masyarakat adat yang tergusur. Problematika negara tak kunjung reda, bahkan hanya semakin menguatkan kepentingan kelompok tertentu dan korporat.
“Belum lagi persoalan BPJS yang menunggak,upah yang tidak sesuai, sistem kontrak kerja outsourcing, lapangan kerja yang sempit, harga bahan pokok yang terus naik, sarjana yang putus asa, pedagang dan rumah-rumah yang tergusur, konflik hak atas tanah, pendidikan yang semakin mahal, tetap menjadi teror yang semakin terjawab dari waktu ke waktu,” beber dia.
Judul Disertasi Alam, masih kata Berry, dipilih juga sebagai bentuk sindiran kepada para akademisi Indonesia yang jarang mengangkat praktik-praktik eksploitasi alam dan kondisi masyarakat kecil.
“Jurnalnya pasti soal potensi dan potensi, nah semakin tinggi strata pendidikan kampus semakin jauh dari masyarakat bawah,” pungkasnya.
Karya musisi asli Malang ini juga telah bisa dinikmati Chanel YouTube Minor, di https://youtu.be/aFfKgE-3zaA. Sebelumnya, Minor telah menelurkan single perdana berjudul Gugur Muda, sekitar Oktober 2019. Lagu itu didedikasikan kepada lima korban tewas saat gelombang aksi demonstrasi bertajuk Reformasi Dikorupsi di berbagai daerah, 23, 24 dan 30 September 2019 lalu.(Der/Aka)