Kota Malang Raih Terbaik Perencanaan Pembangunan Daerah

Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi terima penghargaan dari Gubernur Jatim Khofifah, Selasa (9/4). (Humas Pemkot Malang)

MALANGVOICE– Penghargaan terbaik ke-2 tentang perencanaan pembangunan daerah (PPD) tingkat Jawa Timur diraih Pemkot Malang. Penghargaan ini diterima langsung Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Grand City Covention and Exhibition Surabaya, Selasa (9/4/2019).

“Ini tentu patut kita syukuri, karena ini baru pertama untuk kota Malang meraih penghargaan di bidang perencanaan pembangunan,” kata Bung Edi sapaan akrabnya.

Bung Edi melanjutkan, penghargaan ini menjadi starting poin yang baik untuk melangkah lebih maju dan lebih produktif. Paling penting, penghargaan ini diharapkan jadi motivasi untuk membawa kota Malang semakin baik.

“Karena model -model perencanaan secara tematik yang digawangi Barenlitbang Kota Malang mendapat apresiasi yang positif,” pungkasnya.

Perlu diketahui, dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur, terpilih untuk penghargaan PPD kategori kota Terbaik I kota Kediri, Terbaik II kota Malang, Harapan Terbaik I kota Blitar. Untuk kategori kabupaten, Terbaik I kabupaten Bondowoso, Terbaik II kabupaten Sampang, Terbaik III kabupaten Situbondo, Harapan I kabupaten Trenggalek, Harapan II kabupaten Ngawi dan Harapan III kabupaten Ponorogo.

Sementara itu,
Gubernur Jatim Khofifah mengatakan, bahwa strategi quadro helix sebagai strategi penguatan pembangunan di Jawa Timur.

“Partisipatori, kolaborasi, kerja bersama dan gotong royong menjadi pondasi strategis pembangunan di Jawa Timur. Karenanya sinergi antara birokrasi, akademisi, pelaku usaha dan masyarakat, menjadi poin penting, ” kata Khofifah.

Mantan Menteri Sosial ini juga mengingatkan, bahwa ketimpangan perekonomian antara kota dan desa masih tinggi. Itu terpotret dari angka kemiskinan desa sebesar 15,21 persen dan angka kemiskinan kota sebesar 6,97 persen. Secara akumulatif kemiskinan di Jatim sebesar 10,85 persen.

“Yang unik justru rasio gini desa lebih rendah dibandingkan kota, yang artinya gap ekonomi di desa tidak selebar di kota, “imbuh Khofifah.

Belum meratanya gerak pembangunan, tergambarkan pula dari PDRB Jatim yang masih hanya ditopang 8 daerah di Jatim yakni Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Malang, Pasuruan dan Kota Kediri. PR (pekerjaan rumah) lainnya adalah rata rata lama sekolah (masih 7,3 tahun) di Jatim masih dibawah angka harapan sekolah (13 tahun). Itu artinya angka putus sekolah masih tinggi.

“Ini pula yang menjadikan IPM Jatim terendah di Jawa, dan masih urutan ke – 15 se -Indonesia, ” urai Khofifah. (Der/Ulm)