Kompolnas Masih Cari Dalang Pelempar Gas Air Mata

Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto (Tengah) saat memberikan ketenangan pada awak media. (MVoice/Ist).

MALANGVOICE – Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sampai saat ini masih mencari dalang yang memerintahkan polisi melontarkan gas air mata dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) lalu.

Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 131 tewas aremania itu diduga kuat akibat lontaran gas air mata polisi ke arah tribun.

Terlebih lontaran gas air mata ke tribun tersebut ditambah dengan penutupan sejumlah gerbang sehingga suasana berubah chaos.

Padahal biasanya dalam setiap pertandingan sepakbola, pintu dibuka 15 menit sebelum pertandingan berakhir.

Baca juga: Bentuk Ungkapan Duka, KWB Super Adventure 5 Ditunda

Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto mengatakan, Kapolres Malang (waktu itu) AKBP Ferli Hidayat tidak pernah memerintahkan anggota melempar gas air mata, dan penutupan pintu tersebut.

“Saya konfirmasi kepada Kapolres bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu. Kemudian tidak ada perintah dari Kapolres untuk melakukan penguraian massa tindakan represif dengan gas air mata,” ucap pria yang akrab disapa Wahyu, saat konferensi pers di Polres Malang, Selasa (4/10).

Menurut Wahyu, di dalam stadion Kanjuruhan terdapat 15 pintu, dua di antaranya berukuran besar. Namun belum diketahui secara detail berapa jumlah pintu terkunci yang mengakibatkan supporter kesulitan ke luar saat gas air mata disemprotkan.

Baca juga: Kena Sanksi Komdis PSSI, Manajer Arema FC: Kami Fokus ke Korban

“Kalau yang meluncurkan gas air mata ke tribun itu saya belum bisa menjawab. Tapi, siapa dalang yang memerintahkan pelemparan gas air mata itu kini sedang dalam penyelidikan dan Kompolnas mengawasinya,” jelasnya.

Untuk pengamanan pertandingan, Ferli Hidayat memimpin 2000 anggota, 600 di antaranya adalah anggota Polres Malang.

Sementara untuk penutupan gerbang atau pintu untuk keluar stadion Kanjuruhan, Kompolnas menyebut Kapolres Malang tidak ada perintah untuk menutup gerbang. Hal itu didapatkannya setelah berkomunikasi dengan internal Polri.

“Dan 15 menit setelah pertandingan itu dibuka dan tiba-tiba tertutup,” ujarnya.

Sementara itu, Komisioner Komnas HAM Muhammad Choirul Anam menyatakan hanya dua pintu keluar yang terbuka dari 14 pintu saat insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Persebaya melawan Arema FC, Sabtu (1/2).

“Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama,” tukasnya.(end)