Kisah Turiyan, Pengrajin Anyaman Bambu yang Memiliki Keterbatasan Fisik

Turiyan saat berada di alat bantu kayu. (Istimewa)
Turiyan saat berada di alat bantu kayu. (Istimewa)

MALANGVOICE – Memiliki keterbatasan fisik, tak membuat Turiyan (57) warga Dusun Lipur Desa Jambangan, Dampit, menyerah dalam menghadapi kehidupan.

Pasalnya, walau mengalami cacat kaki selama puluhan tahun, tidak menyurutkan niatnya untuk hidup mandiri dengan menjadi pengrajin anyaman bambu.

“Kondisi ini saya alami sejak sekitar 40 tahun lalu, saat itu saya masih duduk dikelas dua SD. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya membuat anyaman bambu (tempeh, Besek) dan saya jual, harganya bervariatif,” ucap Turiyan.

Sebelumnya, lanjut Turiyan, kala itu dirinya bermain di sungai, dan terjatuh, sehingga menyebabkan kedua kakinya terjepit diantara bebatuan sungai.

“Setelah jatuh itu, kaki saya terasa nyeri. Sekitar 5 tahun kemudian kaki saya ini gak bisa digerakkan,” jelasnya.

Untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tambah Turiyan, dirinya membuat kotak kecil dari kayu, yang dipasang empat roda, tampak seperti mobil-mobilan, yang berfungsi sebagai tempat bertumpu pantatnya. Sehingga kotak kayu tersebut bisa digunakan untuk mobilitas

“Dalam beraktivitas, saya berada di alat bantu ini. Untuk jalannya, saya gunakan tongkat kayu kecil sebagai penumpu lengan sebelah kanan. Dulu Keluarga pernah membelikan kursi roda, tapi saya nyaman pakai ini, kesulitan beraktivitas,” tandasnya.(Der/Aka)