Kerja Sama dengan Wartawan

Novi E.R

Oleh: Novy E.R
 
Wah ketemu wartawan lagi. Berita apa lagi yang akan di tulis? Siap-siap uang nih buat membayar wartawan agar beritanya tidak sembarangan.

Ide menulis tema ini saya dapatkan dari sekilas pertanyaan pre materi pembahasan saat salah satu pemateri di acara Diklat Jurnalistik pada Sabtu (5 Juni 2021) di Gedung Hall lantai 2 Perumdam Among Tirto Kota Batu memberikan materi tentang Tips Menghadapi Wartawan.

Saat itu ada pertanyaan yang dilempar kepada para  peserta diklat. “Apa yang terlintas di benak Bapak/Ibu saat mendengar kata wartawan atau bertemu dengan wartawan?” tanya Eka Susanti, sang pemateri diklat.

Saya turut serta unjuk suara, “Bisa diajak kerja sama.”
Ya, kata ‘kerja sama’ mungkin asing karena lebih banyak yang berpandangan wartawan itu mencari-cari berita, wartawan tukang pemeras, wartawan preman, wartawan tanpa Press ID dan lain-lain.

Tidak bagi saya. Mengapa? Saya orang yang berkecimpung di dunia kepenulisan cukup lama, sebuah dunia yang tidak jauh pula dengan dunia jurnalistik atau kewartawanan. Mungkin ada sekilas pandangan buruk tentang wartawan namun bisa ditepis. Thinking positive sajalah.

Lebih menginginkan untuk berkenalan saat berhadapan dengan wartawan ingin bekerja sama. Menjadi teman, teamwork di dunia kepenulisan. Untuk belajar menulis berita yang baik, belajar tanpa grogi wawancara narasumber dan menggunakan konsep dasar menulis 5W 1H. Apalagi bisa memuat tulisan saya di media cetak tanpa menunggu antrean di muat.

Wah, menghadapi wartawan dengan positive thinking, seperti pengalaman saya kaget ketika dihubungi melalui layanan whats app untuk dijadikan halaman feature sebuah media cetak (koran). Janjian bertemu, dan wawancara. Menikmati dan bahagia tatkala berhadapan dengan wartawan. Seperti bahagia ternyata saya ada kesempatan diwawancarai untuk salah satu rubrik yang ada di koran.

Wartawan itu baik kok. Asyik diajak ngobrol. Rata-rata mereka memiliki latar belakang akademik yang berkompeten dan mau belajar sehingga ngomong apa saja bisa nyambung.

Apakah wartawan selalu menuliskan semua hasil wawancara kita? Tidak dong. Hal-hal yang menyangkut ruang pribadi narasumber yang tak ingin kita publikasikan untuk khalayak umum. Kita pesan saja untuk tidak wawancara dengan menanyakan hal pribadi karena saya lebih senang wawancara dengan pertanyaan tentang kegemaran dan karya. Hal yang bersifat pribadi bukanlah untuk disebar, dijual demi ingin tenar atau viral. Wartawan memiliki kode etik jurnalistik yang pasti dipahami secara baik.

Menghadapi wartawan nakal? Wartawan nakal seperti apa? Wartawan pemeras, tanpa identitas resmi dari media mana dan wartawan preman yang suka memeras. Kita bisa menanyakan terlebih dahulu dari media mana, adakah kartu identitasnya sebagai seorang jurnalis? Kalau tidak punya ID card atau kartu identitas, apakah punya blog pribadi yang biasa untuk menuliskan hasil wawancara. Bila itu sang wartawan nakal suka menulis profile narasumber. Karena saya yang bergulat dengan dunia kepenulisan dan publikasi online melalui blog, ada sebuah komunitas yang anggotanya disarnakan unutk belajar wawancara anggota yang lain. Hasilnya di  tulis melalui website atu blog yang dikelola bersama.

Era sekarang bisa cek tulisan wartawan yang asli bertugas sebagai jurnalis sebuah media maupun wartawan independen seperti yang belajar menulis berita di blog pribadi maupun blog bersama. Silakan cek dan ricek melalui sosial media atau blog.

So, bagi kalian yang belum mengenal siapa itu wartawan,  jangan takut. Jangan grogi.  Berpikir positif saat bertemu wartawan. Bisa kerja sama.
 
Bloger dan Karyawati
Novy E.R