MALANGVOICE – Meninggalnya pelatih Arema Cronus, Suharno, Rabu (19/8) malam, tak hanya meninggalkan duka bagi keluarga dan jajaran tim Arema.
Awak media juga merasa kehilangan atas berpulangnya mantan pelatih Persegres United dan Persipura Jayapura itu. Kepedihan mendalam dirasakan banyak wartawan yang sering berinteraksi dengan Suharno di masa hidupnya.
Wartawan Jawa Pos Radar Malang, Bayu Mulya, tak mampu menyembunyikan kesedihannya ketika meliput pemakaman jenazah Suharno, Kamis (20/8) siang, di makam keluarga, Desa Jabung, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.
Sambil mengabadikan gambar dalam menjalankan tugasnya sebagai jurnalis, Bayu beberapa kali menitikkan air mata saat jenazah secara perlahan memasuki liang lahat.
Kesedihan juga tampak pada raut muka wartawan Malang Post, Fino Yudhistira, yang menunjukkan pandangan mata berkaca-kaca saat pemakaman berlangsung. “Aku nyesel nggak teko latihan Arema wingi,” cetus Fino.
Suharno memang dikenal dekat dekan awak media. Sikapnya yang sopan dan komunikatif, menjadikan banyak wartawan menyayanginya. Kebaikan Suharno menjadi kenangan tersendiri bagi awak media.
Karena itu, beberapa wartawan yang tidak menjalankan tugas peliputan pun rela menyempatkan ta’ziah dan mengantarkan jenazah ke pemakaman, seperti yang dilakukan Pemimpin Redaksi Malang Post, Sri Nugroho, dan wartawan Malang Post, Buari.
“Beliau seorang pelatih yang enak diajak wawancara, mendukung tugas kita mencari informasi,” kata Buari.
Ia menilai, Suharno merupakan sosok yang blak-blakan dan apa adanya. “Semua wartawan sudah seperti saudara, beliau selalu menyapa dengan sebutan ‘dulur’ kepada kita,” urainya.
Pengalaman MVoice sepanjang meliput kegiatan Arema semasa dinahkodai Suharno juga merasakan hal sama. Pelatih kelahiran Klaten itu selalu mendahului memberi sapaan dan menyalami wartawan, di setiap momen bertemu.
“Yokpo kabare dulur? Once tok wes,” cetusan almarhum yang paling diingat sebagian besar insan jurnalis.