Kelurahan Dadaprejo, Beranda Kota Batu yang Tawarkan Paket Wisata Memukau

Wisata Dadaprejo, Kota Batu. (Istimewa)

MALANGVOICE – Kelurahan Dadaprejo, Junrejo, Kota Batu menggabungkan aktivitas pariwisata dan edukasi. Secara geografis kelurahan ini berbatasan dengan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Sebagai beranda Kota Batu, Dadaprejo menawarkan potensi unggulannya untuk dijadikan magnet menarik wisatawan.

Ada tiga daya tarik yang ditonjolkan Kelurahan Dadaprejo dalam memajukan sektor pariwisata Kota Batu berbasis desa wisata. Pertama, destinasi budidaya tanaman anggrek di DD Orchid Nursery milik Dedek Setia Santoso. Kemudian destinasi lainnya, yakni Seni Kriya Gerabah milik Ponimin dan Batik Tulis Dadap Kota Batu milik Yuni Sumarsih. Keduanya dimunculkan setelah dilakukan penggalian potensi untuk mengembangkan wisata di Dadaprejo.

“Dari ketiga destinasi wisata yang ada nantinya akan digabungkan dalam satu paket wisata,” tutur Ketua Pengelola Wisata Edukasi Kelurahan Dadaprejo, Andik Wibowo.

Semula kelurahan yang berada di area selatan Kota Batu ini memiliki julukan Kampung Anggrek. Julukan itu tak lepas dari dedikasi pendiri DD Orchid Nursery, Dedek Setia Santoso yang membudidayakan tanaman endemik Indonesia. Sehingga menjadi ikon unggulan di Kelurahan Dadaprejo.

Ikon wisata Dadaprejo, Kota Batu. (Istimewa)

Seiring berjalannya waktu, Kampung Anggrek bertranformasi menjadi Wisata Eduaksi Dadaprejo. Bergesernya predikat itu setelah dimunculkannya destinasi Seni Kriya Gerabah dan Batik Tulis.

Eduaksi ini merupakan sebuah bentuk penggabungan aktivitas wisata dibarengi nilai edukatif. Wisatawan tak hanya datang melihat namun diajak untuk berpraktik di tiga destinasi yang ada.

“Kami ajak berpraktik langsung. Misal di destinasi anggrek diajak bagaimana cara membudidayakan anggrek. Mulai menanam dan merawat. Apalagi anggrek disukai semua kalangan. Anggrek jadi ikon utama Dadaprejo,” kata Andik.

Konsep pemberdayaan masyarakat, lanjut Andik, juga diterapkan oleh Dedek Setia Santoso, pemilik DD Orchid Nursery yang telah merintisnya sejak 2004 silam. Ada sebanyak 107 petani plasma yang dibina Dedek. Para petani plasma ini dibagi dalam tiga klaster, mulai dari pembenihan, remaja dan dewasa.

Ikon wisata Dadaprejo, Kota Batu. (Istimewa)

Dengan konsep seperti itu, pengembangan wisata Kelurahan Dadaprejo bisa membawa dampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat. Masyarakat dapat mengambil kesempatan dengan hadirnya wisatawan.

“Itu harapan besar kami. Mungkin mereka ada yang mau jualan souvenir ataupun oleh-oleh. Selama ini masyarakat Kota Batu hanya jadi penonton. Makanya dengan adanya wisata ini, masyarakat bisa ambil peran dalam meningkatkan taraf perekonomiannya,” imbuh dia.

Sama halnya ketika mengunjungi dua destinasi lainnya seperti di Seni Kriya Gerabah Ponimin maupun Batik Tulis Dadap Kota Batu. Pengunjung diajak berkreasi dan hasilnya bisa dibawa pulang.

Andik mengatakan, bunga anggrek menjadi pilihan utama motif batik tulis yang dibuat Yuni Sumarsih. Dipilihnya motif anggrek, karena tanaman ini menjadi ikon utama Kelurahan Dadaprejo.

“Dalam pembuatan batik juga memberdayakan ibu-ibu sekitar. Kalau pesanan cukup banyak mereka dilibatkan. Ada salah satu dinas yang pesan untuk dijadikan seragam kerja,” tukas pria yang sebelumnya bekerja di salah satu hotel Kota Batu ini.

Di Seni Kriya Gerabah Ponimin, pengunjung diajari teknik pembuatan keramik, mulai dari cara mengolah tanah liat hingga pada tahap pembuatan objek. Teknik itu diajarkan langsung oleh Ponimin selaku pendiri yang juga mengajar sebagai dosen seni rupa di Universitas Negeri Malang.

Andik menjelaskan, ketiga destinasi wisata itu akan dikemas dalam paket wisata yang terbagi menjadi paket reguler seharga Rp 125 ribu dan paket pintar seharga Rp 115 ribu. Paket reguler diperuntukkan bagi masyarakat umum. Sedangkan paket pintar, khusus diberikan kepada pelajar.

Selain menyediakan paket wisata, pengunjung bisa memilih per satuan destinasi sesuai keinginan pengunjung. Mulai dari Wisata Eduaksi Anggrek dibandrol Rp 30 ribu. Kemudian, Wisata Eduaksi Gerabah dibandrol Rp 50 ribu. Wisata Eduaksi Batik dibandrol Rp 60 ribu. Per destinasi diberi durasi waktu 1,5 jam.

“Pengunjung dibatasi selama pandemi. Di destinasi gerabah dan batik dibatasi 10-15 pengunjung. Untuk di destinasi anggrek bisa 20-30 karena tempatnya cukup luas. Intinya tetap menerapkan prokes,” terang Andik.

Unsur budaya yang masih kental juga melekat di Dadaprejo. Terdapat kelompok seni budaya seperti Turonggo Sekar Mulyo, Banteng Kawok Singo Lawung dan Reog Singo Pronojiwo yang meramaikan dikala diadakannya event Trilogi dengan filosofi menanam, merawat, menuai dan Festival Serabi Suro.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya akan terus berinovasi agar bisa menarik minat kunjungan wisatawan. Sehingga pengunjung tak merasa hambar ketika berwisata di Kelurahan Dadaprejo. “Jangan sampai destinasi sudah siap tapi cuma gitu-gitu aja. Harus ada inovasi,” ucap dia.

Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Siddiq berharap wisata di wilayah tersebut bisa dikelola dengan maksimal. Sehingga terwujud visi yang digaungkan dalam RPJMD kepala daerah Kota Batu. Yakni Desa Berdaya, Kota Berjaya.

“Dengan mengembangkan potensi wisata di sana besar harapan kami nantinya wisata tersebut mampu mengangkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” terangnya.

Untuk itu, kata dia, sasaran prioritas kinerja dari Disparta adalah pengembangan destinasi desa atau kelurahan yaitu kearifan lokal. Potensi tersebut dikembangkan dan dikemas agar menjadi desa atau kelurahan wisata. Termasuk pengembangan kebudayaan yang ada.

Agar itu bisa berjalan baik, pihaknya tak mungkin bisa berjalan sendiri perlu dukungan peran dari beberapa OPD terkait secara terintegrasi di dalam melaksanakan beberapa program tersebut.

“Supaya terealisasi ada beberapa terbosan yang dilakukan yaitu pengembangan destinasi wisata desa, kedua pengembangan SDM pariwisata. Ketiga pengembangan seni budaya daerah dan yang terakhir adalah pengembangan promosi wisata,” tuturnya.(der)