MALANGVOICE – Di era Indonesia Super Liga (ISL) tahun 2009, Suharno boleh dibilang sebagai tim penyelamat Arema Malang. Dengan tangan dingin Suharno, Arema terhindar dari keterpurukan ke Divisi Utama Liga Indonesia.
Sebab itulah, menurut Ovan Tobing, meninggalnya Suharno selain duka bagi manajemen Arema Cronus juga duka bagi seluruh pecinta sepak bola di Malang Raya.
Di mata Ovan Tobing, cara melatih yang diterapkan oleh Suharno sangat berbeda dengan pelatih lain. ‘’Almarhum Suharno sosok pelatih yang enak diajak komunikasi. Setiap pertandingan, almarhum Suharno sangat terbuka memberi info pemain yang akan diturunkan,’’ tutur Ovan Tobing.
‘’Dia datang malam hari ke saya, minta masukan, menjelaskan kondisi tim, dan menjelaskan programnya apa sudah benar,’’ ungkap Ovan. ‘’Itulah yang tidak dipunyai pelatih lain, mau menerima masukan dari pihak luar,’’ kata Ovan Tobing.
Ovan Tobing merupakan salah satu pelaku sejarah berdirinya Arema bersama almarhum Lucky Acub Zaenal. Sejak Arema berdiri, Ovan Tobing selalu mengawal prestasi tim berjuluk Singo Edan ini.
Menurutnya, bongkar pasang pelatih Arema sejak berlaga di Liga Indonesia, hanya Suharno pelatih yang mau dikritik dan selalu terima masukan baik dari pihak luar maupun manajemen tim. ‘’Boleh saya bilang, Suharno yang punya pengalaman dan enak berkomunikasi dengan pemain,’’ ungkap Ovan Tobing. ‘’Dengan pemain juga komunikatif. Dia bisa menghandle pemain level terbaik sampai muka baru. Bisa mencairkan suasana di antara pemain,’’ sambungnya.
Prestasi Suharno mampu menyelamatkan Arema dari jurang degradasi, kata Ovan, karena Suharno mempunyai program yang jelas. Program dan strategi untuk menyelamatkan Arema dari jurang degradasi, itulah yang sering disampaikan ke Ovan Tobing.-