MALANGVOICE – Pemandangan menarik terjadi di dalam gedung DPRD Kota Malang, Selasa (4/8) sore. Para anggota Pakarti Kota Malang datang untuk berlatih musik karawitan di gedung wakil rakyat tersebut.
Lantunan lagu-lagu khas Jawa seperti Caping Gunung, Sambel Terasi, dsb, didendangkan sangat baik oleh perkumpulan mantan pegawai negeri sipil (PNS) tersebut.
Dapat berlatih kembali di gedung DPRD, merupakan sebuah hal yang sangat dinantikan oleh para anggota Pakarti. Pasalnya, selama bertahun-tahun mereka berlatih di kawasan rumah potong hewan (RPH) Gadang yang dianggap kurang representatif.
Ceritanya, sebelum mereka berpindah latihan ke kawasan Gadang, gedung DPRD adalah markas mereka untuk berkumpul dan berlatih. Lantaran ada pembangunan gedung DPRD beberapa tahun lalu, mereka harus berpindah tempat.
Magdalena Sri Supatmi, salah seorang anggota Pakarti mengatakan pihaknya berterima kasih kepada Ketua DPRD, Arif Wicaksono, lantaran telah memperjuangkan kembali gedung dewan digunakan untuk latihan karawitan.
Selama ini, mereka merasa kesulitan, lantaran lokasi latihan di Gadang cukup jauh dan sulit dijangkau oleh kendaraan umum.
“Alhamdulilah seneng sekali bisa berlatih di gedung ini, karena tempatnya sangat nyaman sekali,” ungkap Magdalena kepada MVoice.
Ia menerangkan, Pakarti selalu latihan rutin satu minggu sekali pada hari Selasa sore. Selain ajang silaturahim, bermain musik karawitan juga merupakan hal yang perlu dilestarikan agar budaya asli tidak tergerus modernisasi.
“Ini adalah sarana kami bersosialisasi dan juga mempertahankan budaya karawitan,” tandasnya.
Ketua DPRD Kota Malang, Arif Wicaksono, yang turut hadir melihat latihan perdana Pakarti di gedung dewan merasa sangat senang bisa memfasilitasi untuk menghidupkan kembali budaya lokal.
“Ini adalah upaya wakil rakyat memfasilitasi mereka, karena saya tahu sendiri lokasi latihan mereka di kawasan RPH tidak representatif,” kata Arif.
Sekertariat dewan, lanjut Arif, bahkan membantu Pakarti dengan membangun panggung kecil sebagai tempat alat musik. Tak hanya itu, karena kondisinya yang sudah tidak diperhatikan lagi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Ia meminta agar satu set alat itu diserahkan kepada sekertariat dewan.
“Nanti akan kami minta untuk diserahkan kepada Sekwan, biar kami anggarkan biaya perawatannya,” tegas politisi PDI Perjuangan itu.
“Perkumpulan Pakarti ini sejak saya jadi dewan tahun 2004 lalu sudah ada dan sering latihan, hal positif ini perlu kita lestarikan,” kata dia.
Arif juga pernah geram, lantaran alat karawitan tidak ada di gedung dewan dan sempat melacak keberadaanya. Dalam usaha mencari alat tersebut, akhirnya ia bertemu dengan salah satu anggota Pakarti. Dari situlah, sebagai ketua dewan ia berusaha ‘memulangkan’ kembali alat karawitan ke gedung DPRD dan memfasilitasi mereka berlatih.-