MALANGVOICE – Pemerintah saat ini tengah fokus melakukan perbaikan pada kebijakan kesehatan dan undang-undang. Terbaru, yakni mengurangi kekurangan gizi, cakupan peningkatan layanan utama kesehatan ibu dan anak seperti perawatan antenatal dan pengontrolan penyakit-penyakit yang sering menjangkit anak, berkontribusi terhadap penurunan mortalitas secara keseluruhan.
Kebijakan tersebut dibuat lantaran dalam beberapa waktu, kasus kematian ibu dan anak sangat tinggi. Hal itu disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan kemungkinan bayinya yang baru lahir untuk bertahan hidup sangat kecil. Pada setiap wanita yang meninggal, 20 sampai 30 menderita masalah yang signifikan karena kehamilan mereka.
Pada Kota malang sendiri, kasus kematian bayi pada tahun 2016 silam sangatlah tinggi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mencatat setidaknya pada tahun 2016 kasus tersebut mencapai angka 126. Namun, berkat berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan, tahun 2018 hingga bulan Desember ini, angka kematian bayi merosot menjadi 66.
Sedangkan angka kematian ibu pada tahun 2017 mencapai 14 kasus, hingga akhir tahun 2018 ini kasus kematian ibu merosot menjadi delapan.
Upaya Dinas Kesehatan untuk menurunkan kasus kematian ibu dan bayi ini ternyata juga tak lepas dari berbagai sektor. Dinas Kesehatan pun tidak hanya bersinergi dengan puskesmas, rumah sakit, dan bidan saja. Melainkan juga merangkul perguruan tinggi. Khususnya perguruan tinggi kesehatan.
“Untuk perguruan tinggi kami memiliki program inovasi gerakan bersama amankan kehamilan,” ujar Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Malang Meifta Eti Winindar.
Meifta sendiri tak dapat memungkiri kontribusi mahasiswa perguruan tinggi kesehatan. Terutama untuk pendampingan ibu hamil. Menurutnya, selama ini mereka banyak membantu dalam pelayanan terhadap ibu hamil.
“Di Kota Malang kan banyak perguruan tinggi kesehatan, mereka itu sangat banyak membantu kami terutama untuk pendampingan kepada ibu hamil,” tegasnya.
Kehamilan selama sembilan bulan adalah sebuah proses yang normal. Akan tetapi, Meifta menegaskan bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu, ibu hamil harus didampingi oleh para kader posyandu.
“Sehingga dengan adanya mahasiswa kesehatan di Kota Malang terutama jurusan kebidanan itu, kami ingin memberikan andil yang banyak terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat yang ada di kota Malang ini. Sehingga kami hadirkan perguruan tinggi yang ada di kota Malang terkait dengan gerakan bersama amankan kehamilan,” paparnya.
Bahkan, program Antenatal Care Afternoon Report (ACAR) juga terus digerakkan oleh Dinas Kesehatan. ACAR merupakan sebuah program pemantauan hasil pemeriksaan ibu selama masa kehamilan. Program ini merupakan sebuah buku panduan kesehatan bagi ibu hamil yang dibagikan setiap Puskesmas di Kota Malang.
Selain menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Dinas Kesehatan Kota Malang selama tahun 2018 ini juga berfokus pada kesehatan bayi dan anak terutama masalah stunting dan gizi buruk.
Hasilnya, Dinas Kesehatan juga berhasil menurunkan angka gizi buruk yang merosot hingga empat kali lipat. Dari data Dinas Kesehatan, pada tahun 2016 mencapai angka 66, dan pada tahun 2018 akhir menjadi 12.
“Dari data kami, jumlah gizi buruk yang terlihat, dengan semula di tahun 2016 akhir Desember di angka 66, turun di angka 56 pada tahun 2017, dan sampai dengan akhir tahun in di Kota Malang ada 12 orang yang mengalami gizi buruk,” kata Meifta.
Sedangkan kasus stunting di Kota Malang sendiri saat ini mencapai enam persen dari seluruh bayi dan balita di Kota Malang. Lebih lanjut, untuk menghilangkan angka stunting, Dinkes berupaya mengurangi jumlah stunting dengan cara melakukan intervensi spesifik.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Asih Tri Rachmi menegaskan, faktor penyebab utama stunting bukanlah karena keturunan atau gen orangtua, melainkan kurangnya keterpenuhan gizi bagi masing-masing bayi. Kondisi tersebut dapat dialami bayi yang baru lahir jika asupan gizinya kurang terpenuhi sejak masih dalam kandungan.
“Ada salah satu cara untuk mencegah stunting, yakni dengan membiasakan anak-anak untuk mengonsumsi protein. Jadi jangan hanya karbohidrat saja,” katanya.
Wanita berkacamata itu pun melanjutkan, tulang anak-anak tergolong tulang lunak atau terbuka, maka dengan ini masih bisa dilatih untuk terus tumbuh. Selain itu, sejak masih hamil setiap ibu juga harus lebih menjaga asupan gizinya.
“Kehamilan yang sehat tentunya juga membuat anak yang dilahirkan juga sehat,” tegasnya.
Untuk menekan angka stunting, maka yang perlu dilakukan adalah membiasakan hidup sehat. Caranya dengan memakan makanan yang sesuai takaran dan kebutuhan tubuh. Karena masing-masing tubuh tentunya memiliki kebutuhan takaran kalori yang berbeda.
“Harus selalu diingat ya, asupan harus benar dan masing-masing tubuh manusia kebutuhannya berbeda. Jadi kalau makan pagi, siang, dan malam harus diperhatikan. Karena dalam satu hari tentu kalori sebaiknya tidak kekurangan dan tidak berlebihan,” tandasnya.(Hmz/Aka)