MALANGVOICE – Uji kadar udara yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang pada Selasa (5/10) lalu, mendapatkan hasil yang baik.
Perlu diketahui dalam melihat kadar udara sendiri, terdapat tiga hal yang diuji.
Pertama dengan melakukan uji emisi kendaraan, kedua uji kualitas udara ambien dan terakhir melihat jumlah kendaraan yang melintas di Jalanan Kota Malang.
Kepala DLH Kota Malang, Wahyu Setianto mengatakan dari 502 kendaraan roda empat yang mengikuti uji emisi secara acak, hanya ada 6 kendaraan yang tidak lolos dan direkomendasikan untuk servis.
“Yang tidak lolos kita rekomendasikan servis. Alhamdulilah uji emisi kemarin sudah mendapat hasilnya. Cukup bagus. 98 persen kendaraan bagus,” ujarnya, Senin (15/11).
Ia pun mengatakan alasan banyak kendaraan yang lolos saat uji emisi karena rutin melakukan servis dan banyak kendaraan produksi di atas tahun 2010.
“Kebanyakan kan sudah tahun 2010 ke atas. Kami juga pantau yang kartu servis-nya itu. Kebanyakan rutin. Sementara yang tidak lolos biasanya 2010 ke bawah,” terang Wahyu.
Dari hasil uji kendaraan itu ternyata juga turut mempengaruhi hasil dari uji kualitas udara ambien di Kota Malang.
“Karena uji kendaraan bagus itu juga berpengaruh ke ambien. Hasilnya hijau masih bagus kok,” ucap dia.
Sementara itu, untuk jumlah kendaraan yang melintas di Kota Malang terdapat 50 hingga 60 kendaraan per menit yang melintas di jalanan Kota Malang. Jumlah tersebut membuktikan kendaraan yang melintas cukup padat.
“Kami itu ujinya di GOR Ken Arok. Kami lihat cukup padat. Dari uji mulai pagi sampai sore yang terlihat padat itu ya pagi dan siang menjelang sore. Ada 50 bahkan 60 kendaraan per menit,” tuturnya.
Hal itu pun sempat membuat Wahyu ragu dengan hasil kualitas udara ambien Kota Malang. Ternyata kepadatan arus lalu lintas itu tidak berpengaruh.
“Karena uji emisi kendaraanya sudah cukup baik. Jadi ketika kendaraan aktif itu tidak membuang gas emisi yang banyak,” kata dia.
Untungnya saat ini industri di Kota Malang sudah tidak banyak menggunakan cerobong asap, sehingga uji emisi mendapatkan hasil baik, karena pencemaran udara dari pembakaran pabrik mulai berkurang.
“Kota Malang industrinya tidak banyak sekarang yang pakai cerobong asap. Kalau dulu beberapa tahun ke bawah ada pembakaran di Dinoyo situ. Keramik dibakar asapnya kemana-mana. Sekarang alhamdulilah sudah tidak ada,” tandasnya.(der)