Kabupaten Malang Jadi Contoh Penanganan Stunting di Jatim Lewat Program PASTI

MALANGVOICE- Kabupaten Malang menjadi salah satu daerah di Jawa Timur yang menunjukkan kemajuan nyata dalam upaya penurunan stunting. Melalui Program PASTI (Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia), berbagai inisiatif lokal berhasil mempercepat perbaikan gizi masyarakat dan meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan keluarga.

Hingga tahun 2025, program ini menjangkau 2.592 orang dewasa, 842 remaja, dan 541 anak di bawah dua tahun (baduta) di Kabupaten Malang dan Kabupaten Ngawi — dua wilayah prioritas dengan angka stunting yang masih tinggi.

Lapas Perempuan Malang Diusulkan Jadi SPPG, Wali Kota: Saya Lihat Menunya Baik

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Jawa Timur mencapai 14,7 persen, atau sekitar tiga dari 20 bayi mengalami pertumbuhan terhambat. Angka ini menegaskan tantangan pemenuhan gizi anak masih besar dan perlu ditangani secara sistematis.

“Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga persoalan sosial, ekonomi, pendidikan, hingga budaya. Karena itu, diperlukan kerja sama lintas sektor agar intervensi bisa lebih efektif dan berkelanjutan,” ujar Desy Mega Aditia dari BKKBN Provinsi Jawa Timur.

Di Kabupaten Malang, Program PASTI terbukti membawa hasil konkret. Sejak diluncurkan, program ini berhasil mendampingi 29 desa dan menjadi dasar perluasan intervensi gizi melalui model Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) ke 89 desa tambahan, sehingga kini total 118 desa terlibat aktif dalam percepatan penurunan stunting.

“Program PASTI berhasil menjadi katalis di tingkat desa. Pencegahan yang efektif dimulai dari masyarakat, karena keterlibatan mereka adalah kekuatan utama,” kata Aniswaty, perwakilan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Malang.

Program PASTI merupakan kolaborasi strategis antara BKKBN, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Program ini dilaksanakan oleh Wahana Visi Indonesia dan Yayasan Cipta, dan akan berlangsung hingga Januari 2027.

Fokus utama program ini mencakup tiga pilar: yakni Intervensi gizi berbasis lokal, edukasi kesehatan remaja, penguatan kelembagaan di tingkat desa dan kabupaten.

“Anak-anak adalah masa depan daerah. Melalui Program PASTI, kami berkomitmen memastikan setiap anak mendapat gizi cukup dan tumbuh di lingkungan yang sehat. Dengan menyentuh akar persoalan seperti pola pengasuhan, akses informasi, dan peran remaja sebagai calon orang tua, kami yakin bisa menciptakan perubahan besar dan berkelanjutan,” jelas Hotmianida Panjaitan, National Program Manager Program PASTI.

Sebagai bagian dari pelaksanaan, 90 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilatih dan melakukan Kampanye Perubahan Perilaku (KPP) kepada 2.444 orang tua, pengasuh, dan ibu hamil. Hasilnya, 97,6 persen peserta mengalami peningkatan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan keluarga.

Program ini juga menyasar remaja melalui pendekatan peer educator, untuk menanamkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan sejak usia muda.

“Dulu banyak keluarga berpikir yang penting anak kenyang. Setelah ikut kelas edukasi dan praktik bersama, mereka jadi lebih paham pentingnya kualitas makanan dan peran seluruh anggota keluarga,” tutur Siti Rukiati, salah satu kader TPK di Kabupaten Malang.

Dampak positif juga dirasakan langsung oleh warga. Badi’atus, seorang ibu dari baduta asal Malang, mengaku kini lebih mengerti cara menyusun menu bergizi dari bahan sederhana di sekitar rumah.

“Sekarang anak saya lebih aktif dan jarang sakit. Saya jadi tahu pentingnya makanan seimbang untuk tumbuh kembangnya,” ujarnya.

Dengan sinergi pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat, Kabupaten Malang kini menjadi contoh bahwa penanganan stunting bisa dimulai dari desa, dengan pendekatan berbasis keluarga dan kolaborasi lintas sektor yang kuat.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait