MALANGVOICE – Penerapan program smart city tahap I tinggal selangkah lagi. Namun, petani Kota Batu ada yang masih belum bisa mengakses teknologi. Padahal, program yang memprioritaskan pertanian ini berbasis pemanfaatan IT (informasi teknologi).
Kasi Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Batu, Sri Nurcahyani mengatakan, hingga September lalu, dihimpun data sebanyak 1.123 petani. Seluruhnya berasal dari 17 desa dan kelurahan. Pendataan dilakukan untuk mengisi database program smart city. Beberapa petani, meskipun tidak banyak, ditemukan belum paham menggunakan teknologi, khususnya gawai atau smartphone.
“Dari proses tersebut memang kami temui tidak semua petani melek teknologi,” kata Sri Nurcahyani.
Bahkan, lanjut dia, ada petani yang tidak memiliki gawai. Hingga akhirnya terpaksa meminjam anak atau cucunya.
“Makanya kami terus melakukan pendampingan berkolaborasi dengan TPP (tenaga pendamping petani),” sambung perempuan akrab disapa Ani ini.
Ani menambahkan, harapannya ke depan petani akan memahami teknologi meskipun sementara ini alat berasal dari pinjaman. Jika sudah mahir, maka petani akan dapat mengupdate mandiri setiap perkembangan data pertanian. Baik itu, profil petani, luas lahan, komoditas, hingga proses tanam.
“Harapan kami nanti kualitas program ditingkatkan, yakni menjadi pertanian organik dari semula konvensional,” pungkasnya.(Der/Yei)