Ini Asal Mula Diterapkannya Inovasi Ramah Disabilitas Netra di Puskesmas Janti

ruang tunggu ramah disabilitas netra Puskesmas Janti. (Lisdya)

MALANGVOICE – Sebanyak 112 pasien disabilitas netra di wilayah Puskesmas Janti ternyata menjadi fokus untuk membuat inovasi ramah disabilitas.

Dari total tersebut, tujuh di antaranya merupakan masyarakat sekitar Kelurahan Tanjungrejo, Sukun dan Bandungrejosari. Sedangkan 105 merupakan siswa dari UPT Rehabilitas Sosial Bina Netra (RSBN).

“Iya awalnya itu karena usulan dari RSBN untuk membuat inovasi terkait pelayanan kepada pasien disabilitas netra. Kebetulan di wilayah kami juga ada pasien netra,” ujar Kepala Puskesmas Janti, Endang Lestyowati saat ditemui di kantornya, Senin (10/12).

Permintaan tersebut, dikatakan Endang lantaran pasien sulit membedakan jenis-jenis obat. Seperti misalnya, pasien sulit membedakan merek obat dan fungsinya.

“Jadi kan pasien itu sulit membedakan, karena bentuknya obat kan oval dan bulat terus kegunaanmya apa. Jadi mereka membedakannya dengan cara bungkus plastik dilipat, dan ditaruh saku mana. Kemudian jika ditaruh di saku atas oh berarti itu obat yang diminum untuk 3 kali sehari,” paparnya.

Tak hanya kesulitan membedakan jenis obat, terkadang pasien juga lupa untuk minum obatnya. Bahkan, untuk meminum obat pun pasien harus didampingi oleh pendamping dari RSBN.

“Kadang pasien itu lupa sampai tiga hari nggak minum obat, jadi dari situ lah awal usulannya,” ungkapnya.

Perlu diketahui, akhirnya Puskesmas Janti membuat inovasi berupa Braille E-Ticketing Extraordinary Information (Brexit).

“Kemarin untuk inovasi ini kami baru saja mendapatkan penghargaan dari Kemendagri terkait inovasi Ramah Disabilitas Netra. Karena inovasi ini baru pertama kali ada di Indonesia,” pungkasnya.

Penyediaan sarana Brexit berupa pencetakan e-tiket dan papan nama ruangan dalam huruf braille merupakan langkah konkrit dalam mewujudkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau sesuai misi ramah disabilitas netra. (Hmz/Ulm)