MALANGVOICE – Puasa bukan berarti berenti berolahraga. Tapi, tentu memang berbeda dalam beberapa hal, mengingat kondisi tubuh selama berpuasa tak sama dengan di saat tidak puasa.
Apa pun pilihan olahraga atau gerak badan, menurut Agnes Putri, instruktur sanggar senam di Karangploso, hendaknya bukan jenis yang berat (high impact), cukup kategori sedang atau low impact saja.
“Karena kalau kehilangan cairan tubuh (dehidrasi) malah bahaya, mbak. Alih-alih bugar, malah sakit kitanya. Kadar gula kita juga bisa anjlok lho,” kata dia saat di hubungi MVoice pagi ini.
Putri, akrab ia disapa, menyarankan olahraga low impact, bisa memilih jalan cepat (brisk walking), bersepeda santai, taichi, atau yoga.
“Bukan berkeringat benar yang kita kejar, melainkan apakah degup jantung sudah memasuki zona aerobik. Itu saja,” katanya.
Ia menambahkan, waktu yang tepat untuk olahraga dan bergerak badan idealnya satu jam menjelang buka.Alasannya selain begitu selesai dapat langsung minum, kemungkinan kehabisan gula dalam darah bisa segera tergantikan saat berbuka.
Dengan demikian risiko dehidrasi, dan pingsan oleh anjloknya gula darah, kecil kemungkinan sampai terjadi.
“Perhatikan kalau selama berolahraga sudah sampai merasakan gelap berkunang-kunang, kemungkinan gula darah turun, kemungkinan tanda awal dehidrasi. Stop latihan fisik kalau sudah begitu,” tandasnya.