Indikasi Wabah PMK di Kota Malang Tak Pengaruhi Harga Dan Penjualan Sapi

Sapi di kampung Sanan, Kota Malang, (Bagus/Mvoice).

MALANGVOICE – Munculnya sapi yang mati akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Malang belum berdampak pada harga dan penjualan sapi di peternakan wilayah kampung Sanan.

Selain ditemukan ada satu sapi mati, ada juga dua sapi hidup terindikasi atau suspek Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Malang beberapa waktu lalu.

Bahkan salah satu peternak sapi di kampung Sanan, Suko Dwi Hassan Suwito mengaku, hanya sekedar taju wabah PMK itu.

“Mayoritas peternak-peternak di sini belum mengetahui wabah itu. Meski begitu, harga masih tetap stabil,” ujar Suko, Jumat (13/5).

Ia menyebutkan, harga sapi di Kampung Sanan masih tetap dengan harga kisaran antara Rp17 juta hingga Rp33 juta.

“Harga sapi di bulan Idulfitri 1443 Hijriah ini juga naik sekitar Rp500 ribu hingga Rp1 juta per ekornya,” kata dia.

Terkait penjualan sendiri, juga terbilang masih aman. Suko memperkirakan setiap hari terjual empat ekor sapi di Kampung Sanan.

“Di sini ada sekitar 100 peternak dengan jumlah sapi sekitar 500 ekor. Kebanyakan yang beli sapi itu dari RPH Kota Malang,” ucap dia.

Suko yang memiliki tiga sapi itu mengaku tidak terlalu khawatir dengan wabah PMK sebab, perawatan sapi di kampung Sanan sudah terbilang higienis.

“Jadi kalau di sini higienis, sapi di mandikan dua kali sehari. Kemudian tiap tiga bulan sekali, sapi juga disuntik vitamin dan obat cacing,” terangnya.

Menjelang Idul Adha, peternak di kampung Sanan biasanya juga melakukan perawatan lebih ketat pada sapi agar kondisi sapi sehat dan bisa mendapatkan hasil optimal.

“Saya beternak sapi sudah sejak lima tahun lalu dan usaha turun temurun dari orang tua dan kakek saya,” tandasnya.(end)