ICCF 2025 Rayakan Keberagaman Tanpa Tersekat Batas Administratif

MALANGVOICE– Tiga pemda di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) tengah bersiap menyambut hajatan akbar Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025. Event yang akan digelar pada 6-10 November ini menjadi sinyal positif memperkuat kolaborasi Senyawa Malang Raya menuju Jawa Timur Creative Province.

ICCF 2025 mengusung tema ‘Nusantaraya’ yang akan dihadiri lebih dari 1.000 delegasi dari 240 kota/kabupaten di Indonesia, 500 pelaku kreatif, serta ribuan audiens umum dari Jawa Timur. Pembukaan festival ini dipusatkan di Kota Batu yang ditandai dengan peresmian Selecta Living Museum pada 6 November nanti.

Selecta Living Museum merupakan sebuah transformasi warisan-historis menjadi ekosistem belajar kreatif. Selanjutnya pada 7 November diisi dengan agenda City Tour mengunjungi pusat agro kreatif dan produk lokal kreatif meliputi pertanian, kuliner, wisata edukatif serta pengrajin UMKM. Didukung penuh Pemkot Batu sebagai penguat identitas gastronomi berbasis alam dan budaya. Momen ini mengawali Road to Batu City of Gastronomy.

Bawa Semangat Kolektif Sinergikan Pembangunan Berkelanjutan Malang Raya

Wali Kota Batu, Nurochman menegaskan, Pemkot Batu siap menjadi tuan rumah city tour ICCF 2025. Sebagai daerah wisata, Kota Batu akan tampil maksimal dalam menyajikan agenda city tour dan product local fest. Baginya, ini momentum besar untuk memperkuat semangat kolaborasi Malang Raya sekaligus menampilkan potensi wisata dan industri kreatif yang dimiliki Kota Batu.

“Kota Batu siap menjadi tuan rumah ICCF 2025. Kolaborasi Malang Raya adalah kekuatan nyata yang akan mendorong Jawa Timur menjadi Creative Province,” ujar Cak Nur.

Ia menambahkan, semangat kolaboratif antara Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang merupakan contoh ideal sinergi lintas wilayah yang menempatkan kreativitas sebagai sumber daya utama pembangunan daerah. Dengan kolaborasi Malang Raya, Kota Batu optimistis gelaran ICCF 2025 akan memperkuat posisi daerah sebagai pusat pariwisata sekaligus motor penggerak ekonomi kreatif dari Malang Raya untuk Indonesia.

“Batu, dengan identitasnya sebagai kota wisata dan kuliner, kini tengah melangkah menuju Road to Batu City of Gastronomy menjadikan kreativitas dan kearifan lokal sebagai poros ekonomi yang menyejahterakan masyarakat,” pungkas dia.

Koordinator Batu Creative Hub, Alan Wahyu Hafiludin menilai, Kota Batu kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi kota gastronomi dunia. Menurutnya, kekuatan Batu terletak pada kemampuannya mengolah potensi alam dan budaya menjadi pengalaman ekonomi kreatif yang menyatukan masyarakat, pelaku usaha, dan wisatawan.

“Agro Creative Tour dan Produk Lokal Fest menegaskan Road to Batu City of Gastronomy. Dari pertanian, kuliner, hingga wisata alam, Batu sedang membangun ekosistem kreatif yang berakar kuat namun berwawasan global,” lanjut dia.

Pada 8 November, ICCF difokuskan di Malang Creative Center (MCC) Kota Malang dengan penyelenggaraan tiga agenda menandai Road to Malang City of Media Art. Agenda pertama, yakni International Conference “Future Creative Ecosystem: AI, Media Art, and Digital Humanity”. Fokus pada pemanfaataan AI untuk industri kreatif, transformasi media art, dan masa depan kerja kreatif. Didukung Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur, hadir pembicara nasional dan tamu jejaring internasional.

Koordinator Malang Creatif Fusion, Dadik Wahyu Chang menyoroti bagaimana Malang memperkuat posisinya menuju Road to Malang City of Media Art. Penggerak ekosistem kreatif itu menyebut Malang sebagai “laboratorium ide” yang menjadi inspirasi bagi kota-kota lain untuk mengembangkan budaya inovasi melalui kreativitas.

“Kota Malang memiliki ekosistem kreatif yang matang dari komunitas digital, media art, hingga ruang-ruang kolaboratif seperti Malang Creative Center. Senyawa Malang Raya memperlihatkan bagaimana seni, teknologi, dan ide berpadu menjadi kekuatan kota yang dinamis dan berdaya saing,” papar dia.

Dilanjutkan dengan Festival Mbois 2025 sebuah format baru yang memadukan art installation, music performance, digital experience, dan creative showcase komunitas muda Malang Raya. Kemudian pembukaan Kongres Indonesia Creative Cities Network (ICCN) dihadiri lebih dari 260 delegasi kota/kabupaten kreatif se-Indonesia, membahas arah gerakan kreatif nasional menuju 2045.

Ketua Umum ICCN, TB. Fiki C. Satari menegaskan, ICCF 2025 bukan sekadar forum silaturahmi dan perayaan nasional komunitas kreatif Indonesia, melainkan simbol konsolidasi civil society untuk mendukung pemerintah dalam membangun bangsa menuju Indonesia Emas. Gerakan ini menegaskan peran jejaring masyarakat yang mandiri dengan kreativitas sebagai energi utama.

Melalui Nusantaraya di Malang Raya, ICCF merepresentasikan bahwa kota-kota tidak terikat sekat administratif, tetapi mampu berkolaborasi dan bersinergi merayakan keberagaman serta kekayaan Indonesia, untuk bersama bergerak maju. “Sebagai penggerak, ICCN akan terus memastikan langkah maju para pelaku kreatif dan pelaku seni dalam memperkuat peran strategisnya bagi bangsa,” timpal dia.

Pada 9 November nanti akan digelar Festival Nusantaraya & ICCF Awarding Night Puncak perayaan ICCF 2025 yang ditempatkan di Kabupaten Malang. Festival Nusantaraya menjadi ruang besar bagi ekspresi dan kolaborasi kreatif lintas sektor. Diselenggarakan secara serentak di tiga titik utama. Yakni di Bamboo Living Museum yang menampilkan ekowisata dan Pasar Boon Pring dari para pelaku UMKM, pengrajin, serta komunitas kreatif desa.wisata.

Berikutnya, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari, yang menjadi panggung Tech & Digital Creative Showcase memadukan inovasi teknologi, startup kreatif, dan industri digital masa depan. Salah satu candi bersejarah di Kabupaten Malang, yang diubah menjadi panggung seni dan refleksi budaya Nusantara, memadukan pertunjukan tari, musik, dan instalasi seni dalam atmosfer spiritual khas Kabupaten Malang.

Festival ini adalah simbol pertemuan antara tradisi dan inovasi, antara warisan budaya dan teknologi baru, menghadirkan pengalaman lintas ruang bagi publik dan komunitas kreatif Indonesia. Acara ini sekalligus Awarding Night bentuk apresiasi tertinggi bagi tokoh, komunitas, dan pemerintah daerah yang berperan besar dalam menggerakkan ekosistem kreatif di berbagai wilayah Indonesia. Lebih dari sekadar seremoni, malam tersebut adalah perayaan perjuangan baru perjuangan melalui ide, kolaborasi, dan karya kreatif.

Koordinator Kalangan Kabupaten Malang sekaligus representasi pelaku akar rumput, Boim, menghadirkan perspektif yang membumi. Ia menegaskan bahwa kekuatan Kabupaten Malang terletak pada jejaring komunitasnya yang luas dan berakar kuat.

Menurutnya, Festival Nusantaraya menjadi cermin nyata dari wajah Kabupaten Malang wilayah yang kaya akan spiritualitas, budaya, dan solidaritas masyarakat. Ia menyebut bahwa Desa Kreatif bukan hanya program, melainkan cara hidup sebuah gerakan yang menegaskan bahwa setiap warga memiliki peran dalam membangun masa depan yang kreatif dan berkelanjutan.

“Kabupaten Malang adalah tanah budaya, ruang di mana tradisi hidup berdampingan dengan kreativitas baru. Malang City of Culture lahir dari semangat masyarakatnya dari pasar, kampung, dan ruang publik desa. Di sini, kreativitas tumbuh dari bawah dan menjelma menjadi gerakan Desa Kreatif,” ujar dia.

Rangkaian pernyataan para tokoh di balik ICCF 2025 menggambarkan satu semangat besar, bahwa Senyawa Malang Raya bukan hanya perayaan, melainkan gerakan kolektif untuk mewujudkan Jawa Timur sebagai Creative Province. Dari Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang kreativitas tumbuh, berakar, dan menyebar menjadi kekuatan baru bagi Indonesia.

Dalam semangat Hari Pahlawan, ICCF 2025 menegaskan bahwa para pelaku ekonomi kreatif adalah pahlawan masa kini, yang berjuang dengan gagasan, inovasi, dan keberanian untuk membangun Indonesia yang berdaya, mandiri, dan berbudaya.

Ketua OC ICCF 2025, Vicky Arief menegaskan bahwa ICCF bukan sekadar festival, tetapi sebuah pergerakan besar. Menurutnya, Senyawa Malang Raya adalah representasi model pembangunan berbasis kreativitas, kolaboratif, partisipatif, dan berorientasi pada kemajuan bersama.

“Dari Malang Raya kita buktikan : Kota Batu dengan potensi gastronomi, Kota Malang dengan media art, dan Kabupaten Malang dengan kekuatan budayanya, bersenyawa mendorong Jawa Timur Creative Province,” tandas dia.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait