Hutan Hujan Kritisi Perilaku Netizen Lewat Single Pancaroba Peradaban

Hutan Hujan. (Istimewa)

MALANGVOICE – Lewat single terbaru bertajuk “Pancaroba Peradaban”, Hutan Hujan sekilas menyampaikan sebuah amarah. Kuintet asal Malang ini menumpahkan segala keluh kesahnya tentang perilaku manusia media sosial atau disebut warganet (netizen)

Single anyar ini, membuat Hutan Hujan seolah melepas ‘busana’ folk mendayu-dayu yang dipakainya. Coba simak single sebelumnya yang bertajuk “Jatuh Rindu” serta album pertama mereka Hutan Hujan (2018), terasa berbeda, bukan?

Hal itu diakui Penulis Lirik Pancaroba Peradaban, Sigit Prasetyo. Bahwa single itu terinspirasi dari kekacauan hari-hari ini.

“Liriknya adalah keluh kesah perubahan perilaku manusia di era digital sekarang ini. Manusia lebih berani berekspresi dan berucap kata tanpa mempedulikan lawan bicaranya,” tuturnya.

Ia melanjutkan, fenomena tersebut bisa jadi belati bermata dua, di satu sisi mengungkapkan kejujuran. Tapi di lain sisi satu kata dapat membunuh perasaan orang lain dengan atau tanpa disadari.

“Tak heran jika belakangan timeline media sosial kita penuh dengan umpatan dan caci maki dari sesama warganet,” imbuhnya.

Hal itu diamini Gitaris Hutan Hujan, Edy Priono. Bahwa penulisan lirik, melodi, hingga aransemen dari lagu inipun tak memerlukan waktu lama untuk dimanifestasikan menjadi karya utuh.

“Mungkin karena kami juga sudah satu frekuensi,” tutur Edy.

Sedikit lebih dalam tentang sisi aransemen dan musik, “Pancaroba Peradaban” lebih kaya dengan perubahan nada, tempo dan birama. Lompatan-lompatan ketukan dari 6/8 menjadi 4/4 dengan balutan nada-nada timur tengah khas Ottoman membuat progresi dan groove lagu ini berbeda dengan kebanyakan musik yang sedang beredar di pasaran hari ini.

Video musik Pancaroba Peradaban dapat dinikmati di Channel YouTube Hutan Hujan mulai 30 September 2020. Bersamaan dengan itu, akan dirilis secara berurutan di toko digital hingga radio-radio di Indonesia. Sebelum dirilis resmi, Hutan Hujan juga telah mengunggah proses di balik layar dan produksi lagu ini, sehingga para pendengar dapat melihat bagaimana penciptaan karya itu terjadi.(der)