Hasil Rapat Pleno Rekapitulasi Suara, PKB Unggul di Kota Batu

KPU Batu menggelar rapat pleno rekapitulasi suara Pileg DPRD tingkat kabupaten/kota. (MVoice/M. Noerhadi).

MALANGVOICE– Sebanyak 30 nama caleg berpotensi besar melaju ke kursi DPRD Kota Batu. Sebagian besar wakil rakyat masih didominasi wajah lama. Sisanya merupakan pendatang baru. Itu diketahui setelah rapat pleno rekapitulasi suara Pileg tingkat kabupaten/kota yang digelar KPU Batu.

Selanjutnya, penyelenggara pemilu itu akan melakukan penetapan calon legislatif (caleg) anggota DPRD Kota Batu terpilih. Hal itu dijelaskan Ketua KPU Kota Batu, Heru Joko Purwanto. Kemudian perhitungan berjenjang diteruskan pada perhitungan perolehan suara DPRD dan DPD Provinsi di KPU Jatim dan Presiden Wakil Presiden serta DPR RI di KPU RI.

Heru menuturkan, pada Pemilu 2024 total pemilih di Kota Batu sebanyak 117.450 pemilih dari total 164.516 pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT). Dari jumlah pemilih tersebut, PKB menjadi partai yang paling banyak dicoblos masyarakat, dengan total pemilih sebanyak 27.170 pemilih. Kemudian disusul PDIP sebanyak 24.900 pemilih dan PKS sebanyak 18.689 pemilih.

“Untuk persebaran kursi legislatif, dari empat dapil yang ada di Kota Batu, PKB dan PDIP masing-masing mendapatkan enam kursi legislatif. Disusul PKS dengan lima kursi, Gerindra empat kursi, Golkar empat kursi, Nasdem dan PAN dua kursi serta Demokrat satu kursi,” terang Heru.

Baca juga:
RPH Mojorejo dan Ribuan Pedagang di Kota Batu Kantongi Sertifikat Halal

Daftar 9 Caleg Terpilih di Dapil Lowokwaru, Banyak Diisi Wajah Baru

NasDem Rebut Satu Kursi DPRD Kota Malang Dapil Lowokwaru

Penyidik Kejati Temukan Kejanggalan Usai Periksa Saksi Polinema

Nama caleg petahana yang berpeluang dari dapil Batu 1, antara lain Nurochman (PKB) dengan 2.803 suara; Didik Machmud (Golkar) dengan 2.673 suara; Katarina Diana (PAN) dengan 2.163 suara. Selanjutnya wajah baru yang lolos antara lain Hasan Abdillah (PKB) dengan 2.426 suara; Ganisa Pratiwi Rumpoko (PDIP) dengan 2.378 suara; Adi Sayoga (PKS) dengan 1.317 suara dan Arta Wijaya (Gerindra) dengan 1.141 suara.

Berikutnya di dapil Batu 2 ada sejumlah nama caleg petahana. Yakni M Didik Subiyanto (PKB) dengan 3.813 suara; Dewi Kartika (PKB) dengan 3.032 suara; Saifudin (PKS) dengan 1.848 suara; serta Susanti Leverika (Golkar) dengan 1.952 suara. Kemudian diisi nama-nama baru, seperti Bambang Prahmono (Gerindra) dengan 2.293 suara; Punjul Santoso (PDIP) dengan 1.692 suara; dan M Farhan Alkatiri (Nasdem) dengan 1.455 suara.

Lalu di dapil 3 Bumiaji dengan kuota sembilan kursi didapat oleh Hely Suyanto (Gerindra) dengan 4.535 suara; Amirah Ghaida (PDIP) dengan 3.317 suara; Khamim Thohari (PDIP) dengan 2.752 suara; Nur Ali (PKB) dengan 2.716 suara; Nurudin Muhammad (PKS) dengan 2.628 suara; H Rudi (PAN) dengan 2.281 suara; Sudjono Djonet (Nasdem) dengan 1.766 suara: serta Ilyas (Golkar) dengan 1.735 suara. Kemudian satu pendatang baru yakni Wildan Bimantoro (Demokrat) dengan 2.536 suara.

Sementara tujuh kursi di dapil 4 Junrenjo diisi oleh Ludi Tanarto (PKS) dengan 5.625 suara; Sampurno (PDIP) dengan 3.149 suara; Agung Sugiyono (Gerindra) dengan 2.851 suara; Kukuk Kusbianto (PDIP) dengan 2.820 suara; Sudiono (PKB) dengan 2.209 suara; Bambang Sumarto (Golkar) dengan 1.936 suara. Serta Budi Riyanto dari PKS yang merupakan pendatang baru dengan perolehan 1.715 suara.

Heru menyatakan, rapat pleno rekapitulasi berjalan lancar. Meski begitu terdapat sejumlah proses pembetulan data. Proses rekapitulasi dilakukan berjenjang, mulai dari tingkat desa/kelurahan hingga tingkat kota.

“Apabila ada kesalahan di tingkat KPPS dibetulkan di tingkat desa/kelurahan yang direkap di kecamatan. Demikian juga di tingkat kecamatan, jika ada data yang belum sinkron akan dibetulkan pada rekapitulasi di tingkat kota,” tutur dia.

Dalam proses pembetulan data, lanjut Heru, KPU Kota Batu menjunjung penuh dan mematuhi aturan serta norma-norma yang ada. Dengan mencari sumber data yang tidak sinkron.

“Selisih data seperti ini hampir terjadi di setiap dapil. Rata-rata ada dua TPS di setiap dapilnya. Selisih data itu seperti salah input pemilih laki-laki dimasukkan ke pemilih perempuan. Ada juga yang sebenarnya pemilih DPK tapi dicatat di DPTb,” papar dia.(der)