MALANGVOICE– Semangat rejuvenasi yang diusung Calon Wakil Wali Kota Batu Kresna Dewanata Prosakh tak hanya sekedar konsep. Namun juga sudah memiliki cetakan blue print yang siap direalisasikan jika terpilih pada Pilkada Kota Batu 2024.
Gagasan peremajaan yang tertuang dalam semangat rejuvenasi ini meliputi pembangunan Alun-alun baru yang akan dihadirkan di setiap kecamatan di Kota Batu. Alun-alun baru pada prinsipnya adalah sebuah ruang sosial.
Konsep LLA, Gagasan Segar KriDa dalam Merancang Tata Kota Masa Depan
“Gagasan ini saya buat untuk mengembalikan Alun-alun ini menjadi pusat interaksi sosial yang mempererat hubungan antar warga, serta memberikan ruang bagi acara budaya, pasar seni, dan festival lokal yang menarik,” ungkap Dewa.
Bahkan, Alun-alun gagasan politisi Nasdem ini telah dirancang sedemikian rupa, termasuk dalam bangunan filosofinya. Alun-alun pertama yang akan dibangun memiliki konsep ‘Harmony in Nature’.
Konsep ini jelas Dewa menggabungkan elemen alam dengan desain modern untuk menciptakan ruang yang seimbang antara alam dan kota. Didesain dengan taman hijau luas, pepohonan rindang, serta kolam air mancur menenangkan, tempat ini diyakini bisa menjadi area nyaman untuk berjalan kaki, bersantai, dan menikmati udara segar.
Imajinasinya, jalur pejalan kaki di sana akan dibuat lebar, nuansa alami serta ruang untuk komunitas berkumpul. Penataan tanaman lokal dan taman bunga yang memperindah ruang ini akan memberikan kesan estetik.
“Di sisi lain, fasilitas seperti tempat duduk yang ergonomis atau nyaman memungkinkan warga Batu berinteraksi dengan alam, memberikan ruang relaksasi dan meditasi di tengah kota yang ramai,” ujarnya.
Lalu, Alun-alun kedua berkonsep ‘Art and Culture Walk’ yang menggabungkan seni kontemporer dan budaya lokal dalam sebuah alun-alun yang estetik. Setiap sudut alun-alun ini diisi dengan instalasi seni, mural, dan patung-patung kontemporer yang menggambarkan budaya Batu.
Mantan legislator DPR RI ini menambahkan jika nantinya di sana juga bisa dibangun galeri terbuka dengan karya seni interaktif, dinding mural yang ter-customized, serta patung-patung yang menceritakan kisah lokal. Pengunjung dapat menikmati seni sambil berjalan kaki di sepanjang trotoar yang tertata indah.
“Tujuannya, alun-alun ini mmberikan ruang untuk para seniman lokal bahkan internasional untuk berkarya, memperkenalkan budaya Batu langsung kepada pengunjung. Ini juga menjadi tempat bagi komunitas seni untuk berinteraksi dan berkembang,” jelasnya.
Ketiga, Alun-alun berkonsep ‘Community Hub’ yang dirancang untuk meningkatkan rasa cinta terhadap kota dengan mengedepankan interaksi sosial. Area ini menyediakan tempat bagi warga untuk berkumpul, berpartisipasi dalam acara komunitas, serta menikmati hiburan lokal.
Ia menjelaskan di sana akan menjadi area terbuka dilengkapi dengan panggung kecil untuk pertunjukan musik, tari, atau drama, serta ruang terbuka untuk pasar lokal dan bazar. Desain semi-modern dengan sentuhan lokal seperti paviliun berbahan kayu, diintegrasikan dengan teknologi untuk mendukung acara digital atau live-streaming.
“Bagi saya, Alun-alun harus dikembalikan sesua prinsipnya sebagai pusat interaksi sosial yang mempererat hubungan antar warga, serta memberikan ruang bagi acara budaya, pasar seni, dan festival lokal yang menarik,” tandasnya.(der)