Hari Jadi ke-109, Kota Malang Mantapkan Kemandirian Ketahanan Pangan

Wali Kota Malang Drs H Sutiaji bersama Ketua TPP PKK Kota Malang, Widayati. (Humas Pemkot Malang)
Kominfo Pemkot Malang
Kominfo Pemkot Malang

MALANGVOICE – Kota Malang merayakan hari jadi ke-109 pada 1 April. Tema yang diusung pada tahun ini adalah Mandiri, Tangguh, dan Berkelanjutan.

Dalam tema itu, Wali Kota Malang, Sutiaji memaparkan pentingnya kemandirian adalah optimalisasi potensi daerah agar mampu membangun kearifan lokal yang tidak tergantung dengan pemerintah pusat.

“Ini jadi komitmen kami sehingga potensi daerah dikuatkan agar menjadi mandiri. Ketika sudah mandiri InsyaAllah mampu mengelola dengan sebaik mungkin sesuai kebutuhan dasar ekonomi kita, ini cita-cita kami. Mandiri bukan hanya APBD, tapi masyarakatnya juga,” ulas Sutiaji.

Baca Juga: Berbuka Puasa di ‘Langit’ ala The Batu Hotel & Villas

‘SATU Kebersamaan’ Ajak Pelanggan Indosat dan Tri Berdonasi ke 1.444 Marbot Selama Ramadan

Urban Farmin Wali Kota Malang Drs H Sutiaji. (Humas Pemkot Malang)

Selain itu, Sutiaji juga menegaskan tentang sektor kemandirian pangan. Hal ini untuk menumbuhkan ekosistem ketahanan pangan berdaya, sehat, dan terintegrasi.

Beruntungnya Kota Malang sebagai daerah urban berkarakter perdagangan, jasa, pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki ketergantungan terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan pangannya.

Hal ini juga tercermin dari lahan pertanian konvensional di wilayah kota yang relatif terbatas yakni 479 hektare berdasarkan data Rencana Tata Ruang Wilayah. Di tengah situasi pandemi dan dinamika inflasi global yang mempengaruhi daya beli masyarakat, Kota Malang dan keterbatasan juga cenderung menghadapi tekanan inflasi dari sejumlah komoditas volatile food seperti cabe rawit, cabe merah dan bawang merah.

Inovasi dalam bidang ketahanan pangan sangat dibutuhkan untuk merespon permasalahan tersebut. Ekosistem ketahanan pangan perkotaan terintegrasi di Kota Malang menjadi sebuah terobosan membangun rantai ketahanan pangan dari hulu hingga hilir berbasis potensi lokal dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait.

Pemerintah Kota Malang bersinergi dengan masyarakat kelompok urban farming (KUF) di 57 kelurahan didukung peran Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Akademisi, Media Massa, dan UMKM.

Selain mampu mengendalikan inflasi volatile foods, inovasi ini juga mendorong pemberdayaan masyarakat, menguatkan peran perempuan dalam ketahanan pangan dan pengendalian inflasi, serta meningkatkan kualitas lingkungan hunian perkotaan.

Peran nyata Pemkot Malang dalam pengembangan ekosistem diwujudkan dengan bantuan 7.630 bibit cabai, 19,8 ton pupuk, 1.520 planter bag, dan 82 food grinder (alat pengolah cabai kering), dan lain-lain paket bantuan kepada KUF di 57 kelurahan di Kota Malang. Total realisasi anggaran tahun 2022 yang dialokasikan mencapai Rp1.955.080,00.

Seiring perjalanannya, kolaborasi yang apik juga dilakukan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang diinisiasi Bank Indonesia dan diluncurkan di Kota Malang pada 10 Agustus 2022. Sebanyak 7684 bibit cabe dan sejumlah komoditas pangan penyumbang inflasi lainnya senilai Rp50.000.000,- telah dialokasikan BI kepada kelompok urban farming yang telah terdaftar di Sistem Informasi Penyuluh Pertanian Kementerian Pertanian.

Fokus pada sejumlah volatile foods juga didasarkan pada kajian akademik persistensi inflasi yang dilakukan menunjukkan bahwa cabai merah dan cabai rawit, serta bawang merah masuk Kuadran I (tingkat persistensi tinggi dan tingkat inflasi tinggi).

Aspek lain yang menjadi fokus adalah keselarasan dengan agenda prioritas nasional pengentasan stunting. Hal tersebut direalisasikan dalam inovasi melalui bantuan ternak, alat dan bimtek peternakan unggas pada 40 KUF. Adapun benih ikan nila dan lele yang didistribusikan melalui Balai Benih Ikan mencapai 15.800 benih. Hal tersebut didukung pula dengan penyaluran bantuan 124 paket pengolahan produk bagi ibu-ibu anggota KUF, bantuan benih ikan serta sapras bagi 100 pembudidaya.

Prinsip ekonomi hijau/circular economy turut diintegrasikan sejak hulu dimana kompos hasil olahan sampah dari TPA Supiturang didistribusikan secara gratis kepada KUF.

Dalam prosesnya, seluruh komponen Hexahelix Kota Malang berperan. Bersama pemda, Peran TP PKK menjadi sangat signifikan dalam mendorong tumbuhnya urban farming di pekarangan dan ruang sempit perkotaan. Metode budidaya juga terus dikembangkan dengan pendampingan dari perguruan tinggi melalui pelatihan, penyuluhan dan praktik kerja lapangan. Bahkan Kelurahan Bakalan Krajan mampu meraih Top 45 Inovasi Terpuji Tingkat Nasional melalui inovasi Si Ikan Nila-nya.

Berbagai komoditas telah dihasilkan seperti hortikultura sejenis kangkung, bayam, selada, sawi, juga komoditas tanaman toga seperti jahe merah. Tidak kalah penting, komoditas volatile food penyumbang inflasi seperti cabe rawit, cabe merah dan bawang merah. Tak kalah penting produk perikanan perkotaan penunjang pencegahan stunting yang dihasilkan melalui penerapan teknologi sederhana tepat guna seperti kolam terpal dan budikdamber (tumpangsari) seperti ikan nila dan ikan lele serta teknik green house. Proses ini telah memberi manfaat nyata baik dinikmati oleh masyarakat sekitar, dilakukan pemasaran produk panen dan olahan hasil pangan maupun intervensi sosial ke panti asuhan dan lokus stunting.

Dalam aspek pemasaran, sejumlah event seperti festival pangan dan lomba urban farming juga turut digelar untuk meningkatkan semangat dan awareness masyarakat terhadap kemanfaatan pertanian perkotaan. Lebih lanjut, kesemuanya turut disinergikan dengan pemanfaatan teknologi informasi lewat aplikasi marketplace UMKM lokal Kota Malang yakni malpro.malangkota.go.id/ dan aplikasi pendataan berbasis dasawisma yakni samgepunbasa.malangkota.go.id/ .

Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi, SP, mengungkapkan dengan terbatasnya lahan di Kota Malang maka diperlukan strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan.

“Tahun 2023, urban farming akan dikuatkan lagi sehingga cita-cita Dispangtan untuk bisa membangun Kota Malang menuju berdaulat pangan dapat menjadi kenyataan,” ucap Slamet.

Slamet menyampaikan, ke depan Dispangtan akan semakin aktif turun ke lapangan untuk memberikan edukasi dan pemahaman terkait ketahanan pangan dengan urban farming. Urban farming tidak hanya dilakukan dengan menanam tanaman yang sering dikonsumsi, akan tetapi juga dapat dipadukan dengan membudidayakan berbagai macam ternak seperti ikan, ayam, dan lainnya.

Diversifikasi pangan (upaya untuk mendorong masyarakat memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja) juga akan digalakkan Dispangtan Kota Malang.

“Kami sudah punya model pengembangan tanaman ubi, ketela, bentoel, waluh madu di lahan terbatas di kantor Dispangtan. Itu akan kami tularkan kepada masyarakat,” tutur Slamet.

Tak hanya itu, diungkapkannya bahwa Dispangtan juga akan mengadakan berbagai lomba dengan menggandeng TP PKK Kota Malang untuk mengampanyekan gerakan menanam, mengolah dan mengembangkan usaha dari produk pertanian. Kegiatan itu diantaranya untuk memperingati hari ulang tahun Kota Malang dan Hari Pangan Sedunia yang saat ini sudah dipersiapkan.

Berbagai terobosan itu diharapkan dapat menjadi solusi mengingat semakin sempitnya lahan pertanian penghasil pasi/beras di Kota Malang yang saat ini kurang lebih hanya tersisa 800 hektar saja dan hanya mampu menghasilkan kurang lebih 15.852 ton beras/tahun.

“Untuk itulah sangat penting memberikan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan konsumsi karbohidrat dari bahan bahan non-beras. Edukasi untuk menerapkan pola makan beragam, bergizi seimbang dan aman juga terus digalakkan,” jelas Slamet.(der)