Hanya Perlu Konsistensi, Menulis Itu Mudah!

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin, saat memaparkan materi pelatihan menulis. (Istimewa)

MALANGVOICE – Agar bisa menulis, tidak ada pilihan lain selain terus menerus menulis dan membaca. Hal tersebut diungkapkan dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin, dalam pelatihan menulis pada Kamis (26/10), di gedung Ngalup, Jalan Sudimoro, Kota Malang.

Nurudin menekankan pentingnya konsistensi kepada para peserta yang terdiri dari pemuda lintas iman dan etnis. “Seperti ilmu kendi yang menjadi tempat air, jadi kalau mau mengeluarkan kendi itu harus diisi dulu. Ya dengan terus menulis dan banyak membaca,” imbuhnya.

Sebagai narasumber, Nurudin memang lebih banyak membahas teknik menulis. Menurutnya, untuk menjadi penulis, lagi-lagi para pemuda harus gigih. Dia pun sempat berkisah tentang pengalamannya sebagai penulis.

“Banyak penulis pemula curhat ke saya karena kesusahan menebus koran. Itu belum apa-apa, jika belum ditolak lebih dari 20 kali. Saya sendiri pernah ditolak 20 kali berturut-turut oleh media,” kenangnya.

Pelatihan yang digelar Penerbit Buku Kota Tua kali ini berfokus pada menulis esai kebangsaan. Dosen yang sudah menulis 17 judul buku itu menambahkan, perihal tema kebangsaan yang bisa ditulis, banyak hal bisa diangkat.

Tak harus isu – isu besar, tema kebangsaan bisa diawali dengan hal ringan. Ia mencontohkan dirinya yang pernah menulis tentang tema pluralisme dan kebangsaan berdasarkan film.

“Waktu itu saya habis menonton film tentang ketikdakadilan tentang perempuan, ya itu saja ditulis sebagai pengantar tulisan saya, jadi tulis saja yang kita alami,” tandasnya.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr Djoko Saryono Mpd, yang juga bertindak sebagai narasumber, lebih banyak berbicara tentang pentingnya literasi. Segala permasalahan yang ada di kehidupan ini, mampu diselesaikan dengan literasi.

“Seperti orang miskin yang tidak bisa beranjak menjadi kaya atau sedikit kaya, salah satunya karena tidak melek literasi. Karena itulah mentalitas miskin menjadi turun temurun,” tandas pria yang juga dikenal sebagai budayawan ini.(Der/Yei)