MALANGVOICE – Kebijakan Pemerintah menerbitkan aturan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng (Migor) curah berdampak pada pengusaha kecil.
Kebijakan HET minyak goreng dari Rp11.500 per liter menjadi Rp14.000 per liter.
Gara-gara harga migor yang semakin melambung tinggi dan langka membuat salah satu produsen kerupuk rumahan di Desa Penarukan Kecamatan Kepanjen memutuskan memberhentikan pegawainya.
“Per hari ini (Kamis 16/3) produsen kerupuk kami hentikan. Kami hanya sibuk menjemur kerupuk saja di panas terik matahari,” ucap pemilik produsen kerupuk rumahan, bermerek ‘Sahabat’, Surono (51) saat ditemui awak media, Kamis (17/3).
Surono menjelaskan, penggorengan kerupuk itu berhenti karena harga minyak goreng mahal. Di pasar langganannya, harga per liter sudah mencapai harga Rp24 ribu per satu liter.
“Iya karena mahal nekek gulu, saiki wis dadi 24 ewu (mencekik leher, sekarang sudah menjadi Rp24 ribu) satu liternya, ya gak mau beli,” jelasnya.
Padahal, lanjut Surono, akibat kenaikan harga migor yang terjadi sekitar dua minggu terakhir mengakibatkan kerugian mencapai Rp30 juta.
“Itu kalau diakumulasi sudah tekor (nerugi) Rp30 juta. Tapi tetap saya lanjutkan produksi karena kasijan karyawan saya yang ada 10 orang. Jadi tetap saya lanjut. Kalau saat ini, terpaksa saya harus berhentikan sementara,” terangnya.
Surono menegaskan, dalam satu harinya produsen kerupuk ‘Sahabat’ ini membutuhkan 15 jerigen minyak goreng, yang dalam satu jerigen berisi 16 liter minyak goreng.
“Kebutuhan itu untuk sehari. Sehari biasanya saya memproduksi 8 kuintal tepung kanji untuk kerupuk. Kejadian seperti ini, baru pertama kali dialaminya. Saya harap cepat stabil harga minyak supaya karyawan saya bisa kerja lagi,” pungkasnya.(end)