Filosofi Udeng, Ikat Kepala Khas Kekayaan Alam Kota Batu

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono saat memperkenalkan Udeng Sima Bhawana kepada awak media di ruangannya, Kamis (16/5). (Foto: Ayun/MVoice).

MALANGVOICE – Udeng adalah salah satu dari beragam jenis ikat kepala yang ada di Nusantara. Kini udeng yang biasa kita kenal berasal dari Bali ternyata dimiliki juga oleh Kota Batu.

Udeng Sima Bhawana atau krab disebut Udeng Arjuna merupakan udeng khas Kota Batu. Udeng ini dibuat oleh Paguyuban Sangga Braja sejak tahun 2015 lalu.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono mengatakan Udeng Sima Bhawana ini kaya filosofi yang menggambarkan kekayaan alam Kota Batu. Dan udeng ini akan menjadi salah satu identitas masyarakat Kota Batu.

“Ya, kami juga mempunyai ciri khas udeng ini seperti kota lain. Karena ini sesuai dengan UU Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan daerah,” ujar Imam Suryono saat ditemui di ruangannya.

Diketahui, ada dua jenis udeng khas Kota Batu, pertama udeng atas kepala terbuka dipergunakan untuk anak laki-laki hingga dewasa yang belum menikah.

Kedua udeng yang menggunakan model tutup liwet atau model udeng atas tertutup yang dipergunakan untuk pria yang sudah menikah atau sesepuh.

Sementara itu, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Kota Batu, Winarto Ekram menambahkan udeng ini tercipta melalui diskusi panjang dan penuh perdebatan, sehingga terciptalah dua jenis udeng tersebut.

“Nah, untuk nama udeng ini diambil dari bahasa Sansekerta. Bentuk udeng ini merupakan pengembangan dari udeng lama yang pernah digunakan oleh Wong Mbatu. Dan udeng ini menggunakan batik khas Kota Batu seperti batik Bantengan,” bebernya.

Winarto menambahkan banyak lipatan yang terlihat di udeng ini, namun terasa nyaman saat menggunakannya. Di bagian belakang Udeng terdapat trihitakarana (kain berbentuk segitiga) berbentuk gunung yang merupakan penggambaran Gunung Arjuna.

“Ya, seperti di bawah kain segitiga ini, terdapat dua buah tali yang menjulur yang menandakan proses kelahiran akan menemui akhir hayat. Tali ini biasanya diikat dan salah satu sisinya menjulang naik merupakan perlambang pengingat Tuhan Yang Maha Esa,” paparnya sembari memperlihatkan ke awak media

Sisi kiri udeng menggambarkan deretan tebing, sementara sisi kanan udeng menggambarkan deretan Gunung Welirang, Gunung Biru dan paling depan Gunung Panderman.

Gunungan di sebelah kanan udeng ini menggambarkan posisi baik, karena itu posisi sebelah kanan udeng lebih tinggi daripada kiri. Udeng ini melambangkan dorongan kebaikan.(Der/Aka)