Film Tenar yang Mengangkat Cerita Dibalik Aksi Terorisme

Film mengangkat serangan teroris. (Huffingtonpost.com)

MALANGVOICE – Belum sepekan Indonesia digencarkan dengan kasus teroris. Aksi ini jelas menuai banyak kecaman. Karena jauh dari sikap manusiawi yang menimbulkan banyak korban.

Berhubungan dengan aksi teror, kali ini MVoice merangkum film yang mengakat dengan kejadian terorisme yang sempat tenar.

Film-film ini tak hanya film Hollywood, tapi juga dari berbagai negara lainnya termasuk Indonesia.

1. Fahrenheit 9/11 (2004)

Melansir dari IMDB, film yang di Sutradarai Michael Moore ini mengambil sudut pandang kritis terhadap masa kepresidenan George W. Bush kala itu terhadap perang melawan teror serta liputan media.

Dalam film ini, Moore berpendapat bahwa media korporat Amerika Serikat menjadi “tim hore” invasi Irak 2003 dan tidak memberi analisis akurat atau objektif mengenai alasan perang Irak atau korban yang jatuh di sana.

2. Syriana (2005)

Melansir dari Wikipedia, Film ini di Sutradarai Stephan Gaghan. Syriana merupakan film
Thriller-Politik. Syriana terdiri dari beberapa cerita yang saling berhubungan, dengan benang merahnya adalah industri perminyakan.

Syriana bercerita tentang sebuah perusahaan besar yang berhasil menguasai pertambangan minyak bernama connex. Connex dipimpin oleh keluarga Al – subaai. Namun menteri luar negeri yang bernama pangeran nasir memeberikan izin ke sebuah perusahaan Tiongkok terkait pertambangan gas alam. Hal tersebut membuat pemerintah dan industri perminyakan yang berada di Amerika Serikat merasa kecewa.

3. United 93 (2003)

Siapa sangka, film paling pas menggambarkan situasi hari itu, 11 September 2001, lahir dari tangan sutradara Inggris bukan jebolan Hollywood. Greengrass datang dengan trademark-nya membuat film laksana semi dokumenter. Maka, filmnya begitu real, tanpa emosi, seolah ia hanya menaruh kamera (yang goyah untuk makin memberi efek realis) pada momen-momen peristiwa itu: kebingungan di darat, kepahlawanan di udara. Pada film Greengrass peristiwa besar itu tampil apa adanya. Tidak ada patriotisme maupun propaganda. Filmnya tentang manusia-manusia yang ditakdirkan berada dalam situasi itu.

4. 3 Doa 3 Cinta (2009)

Melansir dari Wikipedia, Sebetulnya, negeri kita pernah membuat film yang khusus menyoroti tragedi Bom Bali I lewat Long Road to Heaven (2007). Tapi, film itu kurang menggigit sebagai karya sinema. Akhirnya, filmnya dianggap angin lalu. film ini dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, dua bintang idola itu bukan pemikat utama filmnya.

Debut penyutradaraan karya Nurman Hakim ini disebut paling menggambarkan berbagai tipologi Islam di Indonesia. Ada orang Islam tradisionalis prularis, ada orang Islam skripturalis yang radikal, serta orang Islam yang pragmatis.

Dari ketiga sosok tipologi Islam itu salah satu di antaranya kemudian nyaris terjebak dalam laku terorisme. Segala kemalangan umat Muslim di dunia (termasuk dirinya) menjadi alasannya ingin mati syahid. Tapi kemudian juru penolongnya justru datang dari calon sasarannya.

5. My Name is Khan (2010)

Tiga nama ini, Shah Rukh Khan, Kajol, dan Karan Johar sudah terbukti menghasilkan film sukses Kuch Kuch Hota Hai dan Kabhie Kushie Khabie Gham. Namun, selain tiga nama besar itu, film ini juga punya tema besar, bagaimana diaspora warga India (baik Muslim maupun Hindu) di tengah masyarakat AS yang memandang setiap Muslim adalah teroris paca 9/11.

Bagaimana melawan prasangka picik itu? Syahdan, Rizvan Khan (Shah Rukh Khan) seorang Muslim, menikahi Mandira (Kajol) beragama Hindu, dan punya anak Sameer Khan. Prasangka pada Muslim yang tumbuh subur paca 9/11 menelan korban Sameer tewas di-bully.

Mandira menyalahkan Rizvan yang Muslim. Ia mengusir Rizvan pergi dari rumah. Rizvan yang polos bertanya, kapan ia boleh kembali. Mandira bicara asal, “Katakan kepada Presiden, “My Name is Khan, I’m Not a Terrorist” Baru kau boleh kembali,” kata Mandira.

Rizvan mengidap sindrom asperger yang menyerap kata bulat-bulat. Maka dimulailah perjalanan Rizvan melintasi Amerika berusaha menemui presiden. Perjalanan hebat Rizvan tak hanya berhasil kembali merebut cinta Mandira, tapi juga menyadarkan banyak orang kalau setiap umat beragama bisa hidup berdampingan dengan damai.

Meski begitu, aksi teror apapun tidak dibenarkan. Masyarakat harus bijak dalam memilih tontonan agar tidak terjerumus aliran sesat.(Der/Aka)