MALANGVOICE– Produk olahan makanan selalu dikaitkan dengan hubungan dialektika antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Hubungan itu membentuk budaya pangan yang menyangkut aspek produksi dan konsumsi serta pengolahan hingga penyajian. Nusantara dengan kemajemukan budayanya dan potensi kekayaan alamnya menyimpan keanekaragaman hayati.
Anugerah yang terkandung dalam sumber daya alam ini menjadi aset berharga dalam pengembangan diversifikasi bahan pangan lokal. Penganekaragaman bahan pangan lokal sekaligus menjadi arah baru pembangunan sistem pangan menuju kedaulatan pangan serta agar tak hanya bergantung pada satu komoditas pangan. Transformasi sistem pangan yang berdaulat menjadi keniscayaan untuk menghindari guncangan pasar global.
Penataan Perizinan Ciptakan Iklim Investasi yang Sehat dan Berdaya Saing
Pemkot Batu menunjukkan keseriusannya dalam upaya penganekaragaman bahan pangan lokal. Hal itu ditampilkan melalui gelaran Festival Pangan Lokal Beragam Bergizi dan Aman (B2SA) digelar Dinas Pertanian dan Ketahanam Pangan (Distan-KP) Kota Batu. Kegiatan tersebut merupakan sub-event ‘Produk Local Fest#7 yang digelar di halaman Balai Kota Among Tani Kota Batu pada Jum’at malam (7/11).
Produk Local Fest#7 dibuka langsung oleh Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya. Event tersebut menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Indonesian Creative City Fest (ICCF) 2025. Beragam produk kreatif lokal dari Kota Batu dipamerkan di sana. Beragam produk itu juga meliputi 21 subsektor ekraf. Mulai kuliner, fesyen, kerajinan, inovasi agrokreatif bahkan musik dan film besutan kreator muda Kota Batu.
Kabid Ketahanan Pangan Distan-KP Kota Batu, Lestari Aji, menjelaskan, festival pangan lokal ini dalam rangka mewujudkan keberagaman bahan pangan di Kota Batu. Pihak dinas mengikutsertakan penggerak PKK dan Kelompok Tani Wanita (KWT) se-Kota Batu. Para peserta berkreasi mengolah bahan pangan lokal lokal di Kota Batu. Bahan pangan yang digunanakan dibatasi agar memakai bahan pangan non beras dan terigu.
“Tapi lebih pada bahan pangan lokal hasil bumi Kota Batu, seperti kentang atau wortel. Dengan kegiatan ini diharapkan produk lokal semakin dikenal dan menjadi peluang usaha di bidang kuliner,” terang Aji.
Lebih lanjut, Aji menuturkan, setiap tahunnya Distan-KP gencar memberikan pelatihan dalam mengolah bahan pangam lokal agar tidak bergantung pada satu komoditas pangan. Serta agar masyarakat bangga dan menghargai kearifan lokal dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
“Jadi diversifikasi ini untuk menunu kedaulatan pangan berbasis bahan-bahan pangan lokal. Produk olahan makanan ini juga bukan sekedar sajian, tapi juga menjadi afirmasi identitas kultural,” pungkas dia.
Di sisi lain, Menteri Ekraf, Teuku Riefky Harsya begitu mengapreasiasi gelaran Produk Local Fest#7. Ia melihat potensi luar biasa yang ditunjukkan Kota Batu melalui industri kreatifnya. Seperti fesyen, musik, sinema termasuk kuliner yang variarif. Sehingga sektor ini perlu dioptimalkan agar dapat menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi.
“Tadi juga ada anak-anak kecil yang dilatih story telling. Karena kita tahu hasil industri kreatif dapat dikenal luas melalui story telling. Budaya itu ibarat sebuah akar yang harus dilindungi, ketika diturunkan dengan inovasi dan kemajuan platform digital, disitulah ekonomi kreatif bertumbuh. Maka market global akan mencari dimana negara yang punya akar budaya kuat, yairu Nusantara,” papar dia.
Dia juga mengagumi keanekaragaman kuliner yang ada di Kota Batu. Sebagai salah satu sub sektor ekonomi kreatif, kuliner berkontribusi besar dalam menambah kekayaan khazanah daerah. Untuk itu, pihaknya mendorong tiap pemda agar memetakan potensii daerah dalam menonjolkan sektor ekonomi kreatif.
“Kulinernya juga luar biasa, basic agrokreatifnya juga mulai dikembangkan oleh Pemkot Batu,” imbuh dia.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan Presiden Prabowo menentukan Provinsi Jatim sebagai 15 provinsi prioritas yang masuk pengembangan ekraf. Diharapkan, Malang Raya, khususnya Kota Batu bisa menginspirasi daerah lainnya. Lantaran Pemkot Batu dinilai memberi perhatian lebih dalam membina pegiat ekraf.
“Oleh pemerintah, mereka tidak hanya dipandang sebagai aktivitas melakukan hobi, tapi juga dirangsang agar membangkitkan ekonomi daerahnya dan kesejahteraan pegiat ekraf,” papar dia.
Sementara, Wali Kota Batu Nurochman menuturkan terima kasih atas dukungan dari Kementerian Ekraf terhadap pengembangan ekraf di Kota Batu.
”Kehadiran Kemen Ekraf merupakan support yang sangat luar biasa bagi kami untuk kami memperkuat jejaring kota kreatif di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Cak Nur, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa Local Fest menjadi ruang ekspresi anak muda kreatif dari musik, kuliner, hingga karya digital. Mereka menunjukan kreatifitas bukan sekadar hiburan melainkan energi ekonomi baru yang menghidupi masyarakat Kota Batu dan sekitarnya.
Local Fest #7 sendiri mengambil tema Egalitarian yang juga selaras dengan tema ICCF 2025, bahwa bagaimana kita mampu menata ulang kekuatan lokal agar tumbuh berkelanjutan, mandiri, dan berdaya saing.
Ia menegaskan, bahwa kreativitas tidak hanya tumbuh di kota besar, tapi juga di daerah dengan akar budaya kuat. Menurut Cak Nur, Kota Batu telah tumbuh dengan karakter gastronominya. Dari total 2.897 UMKM, sebanyak 331 pelaku usaha telah naik kelas melalui inovasi kuliner berbasis hasil bumi. Produk-produk ini, katanya, membawa cita rasa Kota Batu hingga ke pasar internasional.
“Melalui pelatihan dan pendampingan, kami terus dorong pelaku kuliner agar berdaya saing global, tanpa meninggalkan akar budaya dan nilai keberlanjutan,” ujarnya.(der)