Festival Dawai Nusantara, Merajut Perbedaan

Festival Dawai Nusantara. (istimewa)

MALANGVOICE – Festival Dawai Nusantara jilid dua bakal kembali digelar di Taman Krida Budaya Malang pada 12-14 Agustus 2016. Festival ini hendak memetakan sekaligus merekam dan mendokumentasikan keragaman bunyi dawai yang ada di Indonesia.

Keunikan instrumen dawai yang terbentang di pulau-pulau Indonesia tidak hanya sebatas dalam konstruksi organoliginya, namun juga pada nada dan bunyinya. Itulah yang membedakan musik Indonesia dengan musik lain di dunia, terutama musik Barat.

Sementara musik (dawai) di nusantara berada dalam kisaran semi absolud pitch, ada kebebasan untuk pemilihan ukuran nada secara personal. Dengan demikian antarsatu tradisi musik dawai dengan lainnya memiliki perbedaan yang tajam. Perbedaan itu adalah berkah yang menunjukkan karakter sekaligus kekuatan.

Dawai2

Dalam pemilihan dawai itu, panitia ingin mempertontonkan kreativitas sekaligus lokal genius pelaku musik nusantara. Panitia juga ingin mengenalkan beberapa jenis musik dawai seluruh nusantara. Instrumen dawai bukan semata senar yang dipetik dan digesek. Nada-nadanya berkisah.

Festival Musik Dawai menjadi gelaran sederhana dengan itikad besar. Mengumpulkan kekayaan musik dawai di Nusantara untuk tak sekadar bermain dan berkolaborasi mempertontonkan kebolehan musikal, namun juga berdiskusi untuk merumuskan nasib hidup musik itu ke depan.

Adalah Joko S Gombloh (etnomusikolog), Sutanto Mendut (budayawan), serta Irwansyah Harahap (musisi) yang berhasil menjembatani diskusi dengan temuan-temuan yang patut menjadi rekomendasi.

Festival tak hanya berlangsung dengan segala kisah tentang musik dawai di Indonesia. Guna menambah cakrawala dan wawasan musikal, beberapa instrumen musik dawai dari negara tetangga juga dipamerkan seperti India, Tiongkok, Jepang serta Amerika dan Afrika. Hal itu penting sebagai upaya memposisikan musik dawai Indonesia di mata dunia.