FEB UB Gelar Konferensi Internasional Membahas Masa Depan Transformasi Ekonomi Global

seminar internasional Brawijaya Economic and Finance International Conference (BEFIC). (Istimewa)

MALANGVOICE – Komitmen bersama dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi di bidang ekonomi jadi bahasan utama di seminar internasional Brawijaya Economic and Finance International Conference (BEFIC) bertajuk “Global Economic transformation: unlocking the Power of innovation, inclusion, and Sustainability”.

Acara berlangsung Gedung F Lantai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) bekerja sama dengan Universitas Udayana, Universitas UIN Malik Ibrahim Malang, dan Universitas Negeri Surabaya.

Seminar ini dihadiri sekitar 700 mahasiswa FEB UB yang dibagi menjadi 3 sesi dan menghadirkan pembicara-pembicara ternama dari berbagai negara. Tak main-main, pembicara berasal dari 100 besar kampus di dunia.

Seperti University of Malaya ranking 60, Monash University (37), Nagoya University (152), dan Wageningen University and Research (155).

Baca Juga: Pemkot Malang Terima Penghargaan Atas Kinerja Memuaskan dari IIPG

Universitas IBU Raih Penghargaan LLDIKTI VII Terkait Penerapan MBKM Terbaik

Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEB UB, Dr.rer.pol. Ferry Prasetyia memberikan Sambutan. (Istimewa)

Sebagai keynote speaker, Prof. Ir. Mohammed Ali Berawi, Ph.D., Deputi Transformasi Hijau dan Digital, Ibu Kota Nusantara (IKN) memaparkan visi pembangunan IKN sebagai pusat inovasi, inklusivitas, dan keberlanjutan. Ia mengajak seluruh peserta untuk ikut serta membangun masa depan Indonesia melalui IKN.

Dato’ Prof. Ulung Dr. Rajah A/L Rasiah dari University of Malaya berbagi pengalaman transformasi ekonomi di Asia. Ia memaparkan wawasan berharga tentang bagaimana negara-negara Asia dapat menavigasi masa depan dengan mempelajari model transformasi struktural ekonomi di kawasan ini.

Para pembicara lainnya, seperti Associate Prof. Deirdre O’Neill (Monash University), Prof. Aya Okada (Nagoya University), dan Prof.Dr.Ir. Miranda Meuwissen (Wageningen University and Research), turut menyajikan materi yang sangat menarik.

Baca Juga: Diduga Palsukan Surat untuk Mangkir Penyelidikan, Apeng Kembali Laporkan CH ke Polisi

Nyamar Jadi Petugas IndiHome, Curi Router Milik Puluhan Pelanggan

seminar internasional Brawijaya Economic and Finance International Conference (BEFIC). (Istimewa)

Prof O’Neill membahas pentingnya kebijakan publik yang inovatif dalam mendorong transformasi ekonomi, sementara Prof Okada menganalisis dampak investasi asing langsung (FDI) terhadap sektor padat modal di Asia.

Prof Okada berharap dapat hadir in person pada BEFIC di masa depan. Prof Miranda memberikan pandangan mendalam tentang transformasi bio-ekonomi dan implikasinya bagi ekonomi, keuangan, dan bisnis. Prof Miranda mengucapkan turut berbangga karena banyak mahasiswa FEB UB antusias kepada isu bio-ekonomi di masa depan saat sesi diskusi.

Sebagai tuan rumah, Prof Devanto Shasta Pratomo dari FEB UB yang juga merupakan anggota Dewan Penasihat Presiden, memaparkan tentang kebijakan hilirisasi industri di Indonesia dan prospeknya dalam meningkatkan formalitas tenaga kerja.

“Acara ini menjadi komitmen bersama dalam pengembangan inovasi di bidang ekonomi,” kata Devanto.

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr rer pol Ferry Prasetyia menyampaikan, konferensi ini merupakan wadah bagi para peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk berbagi ide, temuan penelitian, dan pengalaman.

Selain itu ia juga menyoroti topik-topik utama yang dibahas, seperti keuangan, perbankan, teknologi finansial, masa depan keuangan, keuangan hijau, dan stabilitas investasi industri halal dalam ekonomi global.

Dekan FEB UB, Bapak Abdul Ghofar, DBA. dalam sambutannya menekankan pentingnya inovasi, inklusivitas, dan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi. Mengutip pepatah “innovate or perish” dan memberikan contoh keberhasilan China dalam memajukan ekonominya melalui inovasi, terutama di bidang teknologi manufaktur dan pengembangan perkotaan.

Ia juga menyoriti pentingnya integrasi keanekaragaman hayati dalam perencanaan ekonomi juga menjadi sorotan bersama.

“Seminar internasional ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pengetahuan baru bagi mahasiswa FEB UB, serta memperkuat jejaring kerja sama dengan institusi pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri. Dengan adanya pertukaran ide dan pengetahuan lintas negara, diharapkan dapat tercipta solusi-solusi inovatif untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan yang dihadapi saat ini,” harapnya.

Antusiasme peserta ditunjukkan dengan jumlah paper yang disubmit mencapai 73 paper dari berbagai negara seperti Thailand, Pakistan, Indonesia, China, Malaysia, Jepang, dan Australia. Hal ini menunjukkan tingginya minat akademisi dan praktisi untuk berbagi pengetahuan dan ide-ide inovatif dalam pengembangan ekonomi yang inklusif.

Sebagai puncak acara, panitia juga mengumumkan pemenang Best Paper dan Best Presenter dari hasil seleksi paper yang telah diajukan oleh peserta. Pengumuman ini diharapkan dapat memacu semangat mahasiswa untuk terus berkarya dan berinovasi.

Diketahui Departemen Ilmu Ekonomi FEB UB, memiliki program studi s1 ekonomi pembangunan; ekonomi, keuangan, dan perbankan; ekonomi Islam dan s2 dan s3 ilmu ekonomi yang berperingkat 451-500 QS by subject.(der)

1 COMMENT

Comments are closed.