MALANGVOICE – Pentas seni tradisi jaran kepang ditampilkan di Sendra Tari Arjuna Wiwaha, Kelurahan Sisir, Kota Batu pada Jum’at malam (18/3). Kesenian pertunjukkan yang dibawakan Sanggar Gunung Wukir itu mengangkat kisah Arjuna Wiwaha.
Pementasan seni budaya tradisi itu merupakan rangkaian kegiatan Padhang Bulan yang rutin digelar setiap bulan, tepatnya saat malam bulan purnama. Event Padhang Bulan diinisiasi Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu dan kini telah dilaksanakan untuk kali ketiga.
Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Siddiq mengatakan, Padhang Bulan sebagai embrio untuk menghidupkan seni budaya tradisi Kota Batu. Hal ini untuk membangkitkan kebudayaan Kota Batu sebagai ikon wisata. Selain itu, juga sejalan dengan UU Pemajuan Kebudayaan.
“Ini komitmen Disparta membangkitkan wisata kebudayaan Kota Batu agar mencapai kejayaan. Motivasi dan landasan berpikir kami, yakni memfasilitasi pengembangan seluruh komponen budaya,” ujar Arief.
Menurutnya, Kota Batu sangat memungkin untuk bisa sejajar dengan Yogyakarta maupun Bali. Karena selama ini kedua daerah itu ditempatkan sebagai doksa pusaran kebudayaan. Keyakinan Arief tersebut, berkaca pada segudang kualitas yang dimiliki pelaku seni tradisi maupun budayawan.
Ia menambahkan, di Kota Batu terdapat 13 sanggar dan 548 kelompok seni yang konsen pada aras pelestarian seni budaya tradisi. Sehingga pemerintah juga hadir memfasilitasi ruang infrastruktur kesenian sebagai ruang pentas, salah satunya melalui Sendra Tari Arjuna Wiwaha.
“Mereka butuh ruang dan dukungan untuk menampilkan kreasinya kepada audiens. Makanya kami memfasilitasi tempat yang representatif, yakni Sendra Tari Arjuna Wiwaha sehingga bisa menjadi ikon wisata budaya Kota Batu,” papar Arief.
Arief berkeinginan agar destinasi wisata budaya ini bisa diintegrasikan dalam paket wisata. Sehingga bisa dikomersilkan bagi wisatawan. Dengan begitu pelaku seni mendapatkan nilai ekonomis yang nantinya bisa memacu mereka berkreasi. Pemikiran itu terinspirasi dari pentas seni pertunjukkan tradisi seperti di Yogyakarta.
“Misal dikenakan Rp 50 ribu-Rp 70 ribu. Tentu pelaku seni akan mendapatkan pendapatan yang bisa mereka kelola. Dinas berjanji akan menyiapkan semua pendukungnya dengan gratis agar pentas berjalan lancar dan seniman tidak terbebani,” tegasnya.
Ia menambahkan, penamaan Sendra tari Arjuna Wiwaha dikaitkan dengan topomini gunung yang berada di Kota Batu, yakni Gunung Arjuna. Selain itu Arjuna juga lekat dengan nama lakon pewayangan. Lakon ini nantinya akan ditransformasikan dalam bentuk tarian yang akan dipentaskan di Sendratari Arjuna Wiwaha kepada wisatawan.
“Kami ingin Kota Batu seperti Yogyakarta yang punya Ramayana, Bali yang punya Tari Kecak. Nah di Batu ini punya Tari Arjuna Wiwaha,” ucap dia.