MALANGVOICE – Tim peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang (UM) melakukan kajian mendalam terhadap implementasi program LiLA Keluarga. Hal itu dilakukan dalam upaya mengatasi tingginya angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kegiatan ini juga dilakukan sebagai langkah yang nyata untuk mendukung tercapainya SDG’s (Sustainable Development Goals). Terutama SDG’s poin ke-3 yaitu kesehatan dan kesejahteraan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di NTT mencapai 35,3%, jauh di atas rata-rata nasional.enelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa, Puskesmas Oesapa diambil menjadi lokasi penelitian karena menjadi salah satu puskesmas percontohan di Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Paslon KriDa, Bekerja dan Bertindak untuk Ciptakan Kebijakan Terbaik bagi Kota Batu
Paslon Nurochman-Heli: Wujudkan Batu ‘SAE’ dengan Memilih Pasangan Nomor Satu
Salah satu daerah dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi di NTT. Program LiLA Keluarga, yang bertujuan mendeteksi dini kasus wasting pada bayi dan balita, diharapkan dapat membantu menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.
Tim penelitian yang diketuai Nurnaningsih Herya Ulfah, S.KM., M.Kes., Ph.D., melakukan melakukan pengumpulan data selama tiga hari, mulai 29 hingga 31 Agustus 2024.
Selama proses ini, mereka melakukan wawancara mendalam dengan para kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa untuk menggali lebih dalam tentang implementasi program.
Pada hari pertama, tim mengunjungi dua wilayah. Dimulai dengan wawancara empat kader posyandu Kelapa Lima pada pukul 07.00 – 08.00 WITA, di mana tiap anggota tim mewawancarai satu kader. Selanjutnya, tim bergerak ke lokasi kedua yaitu posyandu Oesapa, di mana wawancara dilakukan bersama satu kader hingga pukul 10.00 WITA.
Hari kedua dimulai dengan wawancara dua kader posyandu Oesapa Barat yang diwawancarai hingga pukul 12.00 WITA oleh tim yang terbagi. Pada siang hari, tim melanjutkan ke lokasi keempat yakni Posyandu Lasiana untuk melakukan wawancara dengan satu kader dan seorang petugas Puskesmas hingga pukul 16.00 WITA.
Baca Juga: Sila ke-Dua Pancasila Jadi Landasan Paslon GURU saat Terpilih Memimpin Kota Batu
DPUPRPKP Kota Malang Inisiasi Deklarasi dan Komitmen Bersama Wujudkan Kawasan Bebas Kumuh
Setelah seluruh data terkumpul, tim melakukan verifikasi dan analisis hasil wawancara guna memahami lebih dalam implementasi program LiLA Keluarga di lapangan.
Dari hasil wawancara, disimpulkan program pengukuran LiLA Keluarga melibatkan ibu bayi atau balita untuk melakukan deteksi dini kondisi gizi anak. Ibu diberikan pita LiLA untuk mengukur secara berkala sebelum kunjungan ke posyandu. Setiap posyandu di NTT telah melaksanakan pengukuran ini untuk deteksi dini masalah gizi seperti wasting atau stunting.
Selain itu, terdapat program pemberian makanan untuk anak-anak dengan kondisi stunting yang diperoleh dari Puskesmas atau lembaga sponsor, berupa makanan matang yang disiapkan kader.
Namun, program ini juga mengalami kendala, seperti ibu yang tidak menyimpan alat ukur dengan baik, sehingga rawan hilang tanpa penggantian. Kader berharap dapat menerima bantuan alat ukur yang terdistribusi secara merata dan meningkatkan kesadaran ibu untuk mengukur LiLA balita secara rutin saat membawa anak ke posyandu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai implementasi program LiLA Keluarga di lapangan, serta menjadi masukan bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun strategi yang lebih efektif untuk menurunkan angka stunting di NTT.(der)