MALANGVOICE – Mahasiswa Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang (UM) berhasil menciptakan pesawat tanpa awak berbahan sterofoam.
Pesawat itu berjenis Fixed Wing, Racing Jet, dan Quadcopter. Ketiganya dibuat enam mahasiswa mengatasnamakan tim Universal Program Language Instrument Neuro Communication (Uplinc).
Salah satu penciptanya, Tri Kusuma Wardana, menjelaskan masing-masing drone memiliki fungsi tertentu. Fixed Wing dengan panjang sayap 100 cm, panjang bodi 120 cm, dan berat 900 gram berfungsi memetakan wilayah dan lahan.
Sementara Racing Jet dengan panjang 80 cm, panjang bodi 95 cm dan berat 1,3 kg digunakan untuk pengendalian drone berkecepatan tinggi. Quadcopter dengan berat 500 gram menggunakan 4 baling-baling untuk fotografi udara, survei daerah, pengintaian dan penelitian udara. Semua bisa digunakan di ketinggian 10 meter lebih.
Penggunaan sterofoam pada drone, dikatakan karena untuk penghematan biaya. Kelemahannya mudah rusak dan oleng terkena angin. Sedangkan mesin, dibeli dari luar negeri seharga Rp 1,5 juta. “Mesin dan remote kontrol dibeli karena buatan kami dalam tahap riset,” jelasnya.
Dengan mesin itu, semua drone memiliki keunggulan autopilot dengan koneksi internet, gelombang radio serta GPS, dan sempat dilombakan di Kontes Robot Terbang, September lalu di UGM, Yogyakarta.
“Saat terbang 100 meter kami lepas kontrol, dia terbang sendiri mengikuti path yang sudah ditentukan terlebih dahulu,” tambahnya.
Meski tak menang, ia dan seluruh tim berusaha mengembangkan drone itu dan dengan bangga memamerkannya di ajang pameran produk akademik di Graha Cakrawala agar bisa dicontoh pengunjung.
“Saya senang lihat orang ada pesawat gabus,” kata mahasiswa angkatan 2012.-