MALANGVOICE- Dalam upaya meningkatkan kesadaran membangun lingkungan inklusif dan beragam bagi anak muda di Kota Malang, AIESEC in Universitas Brawijaya menggelar acara Mega-Seminar Impact Circle 2024.
Kegiatan ini menjadi momen penting dengan kehadiran Direktur Direktorat Kemahasiswaan Universitas Brawijaya, Dr. Sujarwo, S.P., M.P., yang secara resmi membuka acara, Direktur Pusat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, Bu Zubaidah Ningsih AS., Ph.D., dan Chairman Yayasan Mahargijono Schutzenberg Indonesia, Bu Sofia Ambarini, S.Kom, M.M sebagai pembicara sekaligus pemateri dalam Mega-Seminar Impact Circle AIESEC in UB 2024.
Acara yang berlangsung di Auditorium Lantai 8 Gedung V Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada Sabtu, 30 November 2024, dihadiri sejumlah pihak penting dari universitas, badan subdirektorat, partner-partner AIESEC, dan anak muda di kota Malang.
Di antaranya, teman-teman Pusat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, perwakilan dari Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya, Badan Eksekutif Mahasiswa Politeknik Negeri Malang, Portal Indonesia, Kabar Terdepan serta berbagai anggota Yayasan Mahargijono Schutzenberg Indonesia dan anak muda dari berbagai Institusi di kota Malang.
Tujuan Mega Seminar Impact Circle AIESEC in UB 2024
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan edukasi inklusivitas dalam lingkungan kota Malang yang beragam yang diinisiasi oleh AIESEC in UB. Seminar yang membahas topik tentang pentingnya membangun mindset sehat untuk menjaga kesehatan mental dan meruntuhkan batasan dalam menciptakan lingkungan yang inklusif bermanfaat dalam memberikan edukasi secara menyeluruh kepada anak muda di kota Malang.
Selain itu, acara ini juga ditandai dengan hadirnya booth Walk In Your Shoes serta booth SDG Campaign sebagai wujud nyata dukungan dalam membangun edukasi inklusif seperti belajar bahasa isyarat Indonesia serta apresiasi terhadap peserta satu sama lain lewat sticky notes tertulis.
“Kegiatan ini tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran kita untuk menciptakan lingkungan yang inklusif di kampus, tetapi juga membangun pemerataan akses dan sumber daya yang adil di Indonesia untuk kemajuan kita bersama,” ujar Dr. Sujarwo, S.P., M.P dalam sambutannya.
Sujarwo juga menyampaikan apresiasi terhadap program AIESEC yang menurutnya memiliki nilai serta tujuan yang sangat baik, terutama dalam aspek peningkatan kesadaran inklusi dalam keberagaman di lingkungan kota Malang.
Dukungan Komunitas, Kampus, dan Anak Muda
Zubaidah Ningsih AS., Ph.D. selaku Direktur Pusat Layanan Disabilitas UB menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran inklusif dalam sebuah lingkungan yang beragam. Menurutnya, Impact Circle menjadi salah satu bentuk program yang diinisiasi oleh sesama anak muda yang memiliki keinginan tinggi untuk menyebarluaskan kesadaran positif ini, terutama di Universitas Brawijaya yang tengah berupaya menjadi kampus inklusif dan ramah bagi seluruh civitas akademikanya.
Selain itu, Direktur Yayasan Mahargijono Schutzenberg, Sofia Ambarini, S.Kom, M.M, turut serta aktif dalam mengajak teman-teman dari yayasan serta komunitasnya dalam mengapresiasi inisiatif dari AIESEC UB lewat partisipasi mereka di acara mega-seminar Impact Circle. Mereka berharap program-program seperti Impact Circle dapat terus berkembang dan semakin banyak yang diciptakan terutama bagi anak muda di kota Malang agar dapat membangun kesetaraan dan pemerataan yang dapat diakses oleh semua orang dari berbagai macam latar belakang.
Booth Edukasi Inklusi Interaktif dan Penampilan Spesial
Sebagai bagian dari acara, terdapat booth interaktif yang dapat dikunjungi oleh peserta Impact Circle. Booth Walk In Your Shoes merupakan sebuah booth interaktif dimana peserta dapat menggunakan peralatan-peralatan terkini untuk merasakan secara nyata bagaimana rasanya menjadi orang yang tuli dan buta.
Lewat booth ini, peserta diajak untuk memahami kehidupan teman tuli dan buta dalam kesehariannya. Selain itu, kita juga mampu bertukar pikiran tentang alat-alat yang sehari-hari teman tuli dan buta gunakan, bagaimana cara mereka melakukan beberapa hal, dan menanggulangi masalah sehari-hari.
Keunikan lainnya dari booth ini, terdapat dua teman tuli yang hadir dan menyediakan kelas belajar bahasa isyarat Indonesia bagi peserta yang hadir berkunjung ke booth. Selepas berkunjung, peserta dapat menuliskan pesan-pesan hangat dan manis pada kertas pesan yang ditempel di belakang booth kepada teman-teman tuli atas kerja keras mereka menghadirkan kelas belajar gratis.
Tidak hanya pengalaman nyata dalam disabilitas, terdapat juga booth SDG Campaign yang bertujuan memberikan edukasi kepada para peserta tentang SDG poin 10.2 tentang “Menghilangkan Kesenjangan”, dimana peserta diberikan edukasi mendalam tentang program-program AIESEC bersifat relawan di kedepannya dan mereka dapat menempel sticky notes apresiasi pada papan yang tersedia di belakang.
Tujuan dari sticky notes apresiasi merupakan kesinambungan materi yang dibawakan oleh Bu Sofia terhadap kepedulian kesehatan mental, dimana meskipun peserta tidak saling kenal secara dekat dengan sesama yang duduk di sebelahnya, mereka diajak untuk memberikan dukungan emosional kecil untuk menunjukkan bahwa dukungan dalam ukuran atau bentuk sekecil apapun dapat memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan seseorang.
Di kedepannya, AIESEC in UB berusaha memperjuangkan menghadirkan program-program serupa seperti Impact Circle untuk mewujudkan tujuan kesetaraan dari SDGs dan bersama berkontribusi menciptakan lingkungan yang dapat dihidupi oleh seluruh masyarakatnya terutama anak muda dari berbagai macam latar belakang yang ada di Indonesia hingga dunia.
AIESEC in UB berharap dapat terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung pengembangan lingkungan inklusif dalam keberagaman bagi anak muda di kota Malang, terutama dalam pemberdayaan anak muda untuk menciptakan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.(der)