Empati Masyarakat Sebagai Pemutus Mata Rantai Covid-19

ilustrasi
Ilustrasi Pasien Corona (Ak/RawPixel)

MALANGVOICE – Masyarakat harus dapat menumbuhkan rasa empati kepada orang lain. Sebab, hal itu dapat memutuskan mata rantai penularan Covid-19. Terutama dari kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).

Hal itu diungkapkan Guru Besar Universitas Brawijaya (UB), Prof Sutiman. Bahwa masyarakat penting untuk menumbuhkan rasa empati kepada orang lain selama pandemi Covid-19 ini.

“Salah satu empati masyarakat bisa diwujudkan dengan memakai masker. Memakai masker di sini bukan untuk diri sendiri tapi untuk orang lain yang lemah dan rentan terkena covid-19 atau yang biasa disebut Cormobid,” katanya, Jumat (17/7).

Apabila empati telah diimplementasikan, lanjut dia, bukan mustahil Indonesia menjadi sebuah negara maju. Sebab, menurutnya, masyarakat yang mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, merupakan ciri-ciri negara maju.

“Di negara maju sebuah masyarakat dengan anggota masyarakatnya berstatus tangan diatas atau asking people what Can I Do for you,” kata profesor bidang Biologi Sel dan Molekuler tersebut.

Sutiman menambahkan, dengan kepekaan masyarakat, maka akan tumbuh rasa untuk tidak menimbulkan masalah dengan orang lain. Selain itu, model hidup baru (new normal) yang saat ini diterapkan pada masyarakat Indonesia merupakan sebuah proses pendidikan yang sebenarnya sudah sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti Posyandu, sepuluh program Pokok PKK, dan 3 M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) untuk mencegah demam berdarah.

“Kebiasaan-kebiasaan baru ke masyarakat untuk hidup yang lebih baik dan sehat sudah sering dilakukan. Sekarang tergantung dari niat kita harusnya untuk bersatu memerangi musuh bersama yang dinamakan covid-19,” pungkasnya.(der)