Dosen FPP UMM Ciptakan Benih Kentang Berkualitas

Dosen program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Perternakan Universitas Muhammadiyah Malang (FPP UMM), Syarif Husen tunjukkan temuannya. (Istimewa)

MALANGVOICE – Indonesia dikenal sebagai negara Agraris tentunya telah mandiri dalam memproduksi bahan-bahan pangan pokok dan rempah, tak terkecuali kentang.

Dalam lima tahun terakhir, rata-rata produksi kentang mencapai 1.213.828,6 ton per tahunnya. Ironisnya, dari banyaknya produksi dan permintaan kentang, ketersediaan benih atau bahan tanam kentang baru 15 persen yang bisa disediakan secara mandiri oleh Indonesia. Selain kuantitas, problem lain juga soal pasokan benih berkualitas.

Dengan melihat kondisi seperti ini, dosen program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Perternakan Universitas Muhammadiyah Malang (FPP UMM), Syarif Husen, memiliki solusi atas permasalahan produksi benih kentang ini.

Kemudian Syarif mengembangkan benih kentang dalam teknologi kultur in vitro, bentuk planlet dan teknologi aeroponik untuk menghasilkan benih kentang berbentuk umbi generasi nol (G0).

Teknik ini diawali dengan isolasi jaringan meristem sebagai bahan tanam yang bernama latin Solanum tuberosum L. Lantas, diperbanyak dengan cara subkultur dalam kondisi aseptic (kondisi bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit). Bila pertumbuhan sempurna, akan menjadi tanaman lengkap yang disebut planlet.

“Planlet ini dapat dijual ke petani penangkar benih sebagai bahan tanam untuk menghasilkan umbi G0 yang harus ditanam di screen house,” terangnya.

Planlet yang siap dipasarkan ini telah mendapatkan delegasi legalitas dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang untuk varietas Granola Lembang, sehingga dinyatakan bebas virus dan tergolong produk berkualitas.

Selain menghasilkan planlet hasil kultur in vitro, Syarif dan timnya juga mengembangkan umbi G0 dengan teknik Aeroponik. Yakni, budidaya tanpa menggunakan tanah sehingga sangat efisien.

“Teknologi ini sebagai suatu bentuk hilirisasi dan komersialisai hasil riset yang mendapatkan dana dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, dalam bentuk program pengabdian kepada masyarakat,” papar Syarif.

Teknologi ini didaftarkan Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK). Dengan menyelenggarakan PPUPIK, perguruan tinggi berpeluang memperoleh pendapatan dan membantu menciptakan wirausaha baru.

Untuk memperluas pemasarannya, program ini bermitra dengan kalangan petani penangkar benih di Jawa Timur. Syarif berharap produk benih kentang ini dapat membantu masalah pengadaan benih kentang berkualitas dalam skala nasional. (Der/Ulm)