DLH Dorong Masyarakat Pilah dan Daur Ulang Sampah Sejak di Rumah

Kepala DLH Kota Malang Rinawati mendampingi Wali Kota Malang Sutiaji sidak TPA Supit Urang, Jumat (8/11). (Humas Pemkot Malang)
Kepala DLH Kota Malang Rinawati mendampingi Wali Kota Malang Sutiaji sidak TPA Supit Urang, Jumat (8/11). (Humas Pemkot Malang)

MALANGVOICE – Program Sanitary landfill sebagai solusi kurangi jumlah sampah di Kota Malang bakal sia-sia. Jika masyarakat tak ikut aktif menggalakkan pilah dan daur ulang sejak di rumah.

Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang Rinawati. Proyek sanitary landfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang sudah berjalan setahun lebih. Proyek diyakini mampu membuat himpunan sampah lebih ramah lingkungan ini akan rampung akhir tahun 2019.

Meskipun pengerjaannya hampir selesai, proyek yang menelan biaya Rp 195 miliar dari sumbangan perusahaan Jerman dan Kementerian PUPR ini, tentu tidak serta merta dapat mengolah 600 ton sampah yang dihimpun setiap harinya.

“Artinya, sebagaimana dipesankan Bapak Walikota, pola pemilahan sejak di tingkat rumah tangga tetap harus didorong. Tidak bisa semua ditumpuhkan ke sini (TPA). Karenanya terus kita hidupkan Pusat Daur Sampah, rumah komposting dan juga Bank Sampah Malang,” kata Rinawati.

Ia menambahkan, bahwa pengelolaan sampah berdasarkan peraturan yang direkomendasikan pemerintah pusat adalah Sanitary Landfil yang aman bagi lingkungan.

” Dengan menerapkan teknologi pencegahan pencemaran yaitu pengurukan dan pengelolaan air lindi (leachate) dan penangkapan gas methan yg bisa dimanfaatkan untuk sumber energi,” pungkas mantan Kabag Perekonomian ini.

Berikut ini detail tahapan penerapan teknologi sanitary landfill :

1. Pengerukan/penyiapan lahan.

2. Pelapisan lahan pembuangan (sel aktif) TPA, menggunakan 3 lapis penutup tanah seluas kurang lebih 8 Ha. Jenis lapisan penutup yg pertama (lapisan paling bawah) berupa bahan gel sintetis setebal -+ 1 cm yg akan menahan kebocoran air lindi agar tidak mencemari tanah. Lapisan kedua dan ketiga, serupa karpet sintetis khusus yg berserat kasar. Ketiga bahan pelapis ini adalah bahan berkualitas tinggi yg khusus didatangkan dari Jerman.

3. Lapisan di atas hamparan karpet pelapis itu adalah batu koral dengan diameter 2 cm, yang ditumpuk dengan rata setinggi -+ 50 cm, berfungsi sebagai bahan penyaring air lindi. Dengan demikian, air lindi akan merembes di antara bebatuan tsb. Di atas tumpukan batuan tsb, sampah ditaruh dan ditumpuk, diratakan, dan ditimbun tanah setiap ketinggian tanah 1 – 2 meter agar mencegah dihinggapi lalat dan juga dapat mencegah terjadinya kebakaran.

4. Untuk air lindi ditampung dan disalurkan ke kolam penampungan pengolahan lindi (IPAL/Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan sistem pemurnian bertahap dan dilengkapi bak kontrol.

5. Untuk gas methan ditangkap menggunakan pipa, untuk bisa digunakan sbg sumber energi.(Hmz/Aka)