Diskumdag Kota Batu Mencari Pola Ideal Mengelola Pasar Induk Among Tani

Prosesi peletakan tiang pancang beton pertama menandai dimulainya revitalisasi Pasar Besar Kota Batu pada Rabu, 9 Februari (Pemkot Batu/Malangvoice)

MALANGVOICE – Peletakan batu pertama dimulainya revitalisasi Pasar Besar Kota Batu dilakukan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko pada Rabu lalu (9/2). Pusat perekonomian tradisional yang nantinya berjuluk Pasar Induk Among Tani Batu itu akan terus berdenyut 24 jam non stop.

Kepala Diskumdag Kota Batu, Eko Suhartono mengatakan, pihaknya akan membentuk manajemen pasar sehinggga bisa dikelola secara profesional. Apalagi pasar itu tak melulu sebagai tempat berdagang, namun juga digadang-gadang sebagai destinasi wisata. Di lantai 3 akan didesain menjadi sentra kuliner sebagai daya tarik wisata.

Eko menjelaskan, pengelolaan akan kurang optimal jika dikendalikan oleh UPT yang dijabat oleh eselon IV. “Kalau masih eselon lV pasti akan berat dalam menangani situasi dan kondisi Pasar Induk Among Tani. Menyusul pasar tersebut akan berdiri lebih modern dibandingkan pasar induk sebelumnya,” tutur Eko.

Eko menjabarkan, sesuai arahan wali kota, Pasar Induk Among Tani membutuhkan manajemen yang lebih bagus. Untuk itu, Diskumdag akan segera melakukan kajian terkait penataan manajemen dan regulasi. Sehingga dengan adanya regulasi dan manajemen yang baik, dalam operasionalnya akan berjalan baik pula sesuai standar pasar modern.

Ada beberapa model manajemen yang bisa diterapkan dalam organisasi atau badan milik Daerah. Selain UPT, juga ada BUMD ataupun Perusahaan Daerah (PD). “Kalau rumah sakit bentuknya BUMD, PDAM bentuknya Perusahaan Daerah. Dan kita sekarang tengah mengkaji bentuk apa yang tepat untuk Pasar Induk Among Tani,” jelas Eko.

Perlu digarisbawahi, lanjut Eko, dalam pengelolaan pasar dan retribusi pasar yang menjadi obyek adalah pedagang. Hal itu berbeda dengan PDAM maupun RSUD yang memberikan pelayanan publik lebih luas. Ada waktu cukup panjang bagi Diskumdag untuk melakukan kajian itu. Namun Eko berkomitmen untuk melakukan kajian sedini mungkin, sehingga output atau hasil yang dicapai sesuai kebutuhan dan tepat sasaran.

“Sebelum proses pembangunan pasar selesai, kajian dan penyiapan manajemen kami harapkan sudah rampung. Termasuk juga dalam hal penataan pasar,” katanya.

Pihaknya tak ingin pengalaman dalam penataan Pasar Sayur Kota Batu kembali terjadi dalam penataan Pasar Induk Among Tani. Penataan Pasar Sayur dinilai kurang optimal. Hal ini terlihat dalam rentang waktu setahun, masih ada bedak/ kios di pasar tersebut yang masih kosong atau belum termanfaatkan.

Kata Eko, dalam konsep penataan pedagang di Pasar Induk Among Tani nanti, tentunya berbeda dengan penataan di pasar yang lama. Karena konsep dan bentuk bangunan pasarnya juga berbeda.

“Pada intinya, dalam penataan pedagang di Pasar Besar nanti di lantai I untuk zona basah, lantai II untuk zona kering dan lantai III untuk Food Court,” tandasnya.

Sebelumnya, Dirjen Prasarana Strategis Kementerian PUPR, Esi Asiyah juga sudah menekankan agar seluruh pihak terus bekerjasama untuk mensukseskan pembangunan Pasar Induk Among Tani. Dia menilai, pasar yang saat ini tengah dibangun merupakan pasar yang luas dan mampu menampung banyak pedagang.

Pasar itu mengusung konsep green building. Dia menekankan untuk sistem pengelolaan sampah dan limbah harus benar-benar diperhatikan.

“Sistem pengelolaan harus menjadi perhatian ketika pasar ini sudah beroperasi. Tentunya harus ada manajemen yang profesional. Terutama dalam hal kenyamanan dan keselamatan,” imbuh dia.(der)